Jumat, 30 Januari 2015

// //

Nasib Bahasa Arab di Tengah Arus Globalisasi

Tak diragukan lagi pentingnya bahasa Arab bagi umat Islam, terutama. Ia bahasa al-Qur`an dan Hadis, dua pilar pokok dalam Islam. Hal yang wajar dan tak bisa disederhanakan, apalagi dituduh arabisme ketika Imam Syafi`i dalam ar-Risalahnya, Tak diragukan lagi pentingnya bahasa Arab bagi umat Islam, terutama. Ia bahasa al-Qur\'an dan Hadis, dua pilar pokok dalam Islam. Hal yang wajar dan tak bisa disederhanakan, apalagi dituduh arabisme ketika Imam Syafi\'i dalam ar-Risalahnya, disusul kemudian pengarang kitab yang lagi digandungi sarjana Islam – Imam Syathibi dalam Muwafaktnya - mensyaratkan bagi siapa-siapa yang mau berijtihad untuk terlebih dahulu menguasai ilmu bahasa Arab. Bahasa Arab juga adalah bahasa Ilmu, terutama keilmuan Islam klasik. Beratus-ratu ribu buku dari berbagai disiplin ilmu warisan nenek moyang kita memakai bahas Arab. Keistimewaan lain bahasa Arab, dibanding bahasa-bahasa dunia lainnya, adanya ikatan kuat dengan agama. Karena kitab suci agama Islam diturunkan dengan bahasa Arab. Sementara bahasa asli Taurat dan Injil kini sudah punah. 
Pada masanya dulu, tepatnya sebelum Barat memasuki masa renaissance, berabad-abad lamanya bahasa Arab jadi bahasa dunia. Ia merupakan bahasa politik, ekonomi, bahkan dunia keilmuan. Ada beberapa sebab yang membuatnya jadi bahasa peradaban dunia, dimana setiap orang yang berkeinginan maju, merasa berkewajiban menguasainya. Diantaranya yang paling penting adalah:
-   Adanya proyek Arabisasi buku-buku administrasi pemerintahan pada masa dinasti Mu\'awiyah (Khalifah Abd. Malik *685-705 M* dan anaknya al-Walid *705-710 M*) yang mau tidak mau memaksa para pegawai pemerintahan yang tak bisa berbahasa Arab untuk belajar bahasa Arab.
-       Proyek terjemahan, terutama buku-buku keilmuan, secara besar-besaran pada masa dinasti Abasiah (200 H/ 900 M), dari bahasa Yunani, India, Suryani ke dalam bahasa Arab, yang mengakibatkan orang Islam menjadi bangsa yang luar biasa kreatif dan kemudian menjadikan Islam sebagai kiblat keilmuan dan peradaban dunia
Kondisi Bahasa Arab Sekarang
Keadaan diatas itu terjadi dulu. Kalau kita amati sekarang, kondisinya akan tampak berbalik. Apalagi sejak memasuki era globalisasi, keadaannya makin mengkhawatirkan. Bahasa Arab perlahan tapi pasti posisinya mulai tergusur, dan bahasa Inggris menahbiskan diri sebagai bahasa nomor satu dunia. Pemasalahannya tidak berhenti sampai di situ. Akibat globalisasi zaman, dan budaya konsumtif yang tinggi dikalangan negara Arab, ditambah ledakan informasi, secara sadar atau tidak sadar, mau atau tak mau, bahasa Inggris meringsek masuk ke dalam sistem-sistem sosial di kalangan Arab sendiri. Misalnya, dalam bidang pendidikan, banyak sekolah-sekolah di sana, terutama dalam mata pelajaran eksakta: Kimia, Fisika, Matematika dan biologi, bukunya menggunakan bahasa Inggris.
Begitu juga dalam dunia teknologi, kosa kata asing tak kuasa untuk dibendung. Celakanya kemudian bahasa itu diterima apa adanya, karena secara level sosial akan dinggap sebagai orang modern. Perubahan kalimat asing hanya dari sisi tulisan –dari latin ke arab-, bunyi tetap sama: laptop, mouse, keybord, mobile, oke, dll. Kondisinya tidak seperti abad dua Hijriah dulu. Walaupun kosa-kata asing banyak bermunculan, tapi tidak langsung dimakan mentah-mentah. Ada proses yang sangat ketat, dimana kosa kata asing sedapat mungkin dicarikan kosa kata yang semakna, kalau tidak ada dilakukan penerjemahan, kemudian kalau masih tak bisa baru diterima apa adanya.
Dalam kehidupan sosial juga penggunaan bahasa yang keinggris-inggrisan sedang digandrungi masyarakat Arab. Kondisi yang sungguh memprihatinkan. Kita selalu berharap pada lembaga-lembaga kajian bahasa Arab untuk segera melakukan tindakan-tindakan preventif, misalnya melakukan penerjemahan kata-kata asing dan melakukan gerakan cinta bahasa Arab, dst.
Kita tak memungkiri apalagi anti bahasa Inggris, atau bahasa asing lainnya. Semuanya penting untuk kita pelajari dan kita kuasai! Tapi sikap toleran itu tidak kemudian menggerus dan meninggalkan bahasa Ibu, sebagai identitas bangsa yang punya harga diri. Karena fenomena yang terjadi, penggunaan bahasa asing itu, ada indikasi, lebih sebagai sebentuk keminderan atas bahasa sendiri. Mereka merasa sebagai orang \'maju\' ketika menggunakan bahasa asing.
Himbauan kepada lembaga-lembaga kajian bahasa Arab saja tidak cukup tentunya. \'Serangan\' itu akan terus bertubi-tubi, bahkan makin dahsyat selama mereka tak mau mencontoh nenek moyangnya dulu, yaitu menjadi bangsa yang sangat kreatif. Menjadi produsen, bukan konsumtif dan pemalas seperti sekarang ini. Walllahu \'alam
Read More

Kamis, 29 Januari 2015

// //

Hidup Jujur

Ditulis oleh: KH. Abdullah Gymnastiar (Aa Gym)

Alhamdulillah. Segala puji hanya milik Allah Swt., Tuhan semesta alam. Shalawat dan salam semoga selalu terlimpah kepada Rasulullah Saw.
Rasulullah Saw. bersabda, “Hendaklah kalian jujur, karena kejujuran itu menunjukkan kepada kebaikan. Dan, kebaikan menunjukkan jalan menuju surga.” (HR. Bukhari).
Saudaraku, mengapa masih saja ada pedagang yang diam-diam mengurangi takaran. Mengapa masih saja ada pegawai yang diam-diam menggelapkan anggaran. Mengapa masih saja ada pengusaha yang diam-diam memberi suap atau sogokan, dan mengapa masih saja ada pejabat-pejabat yang leluasa saja menerimanya.

Jawabannya adalah karena orang-orang seperti ini tidak yakin kepada Allah. Tidak yakin kepada Dzat yang Maha Mengetahui, Maha Mendengar dan Maha Melihat. Sehingga ia berani berbuat tidak jujur.
Padahal kejujuran adalah bukti dari kemuliaan seseorang. Kejujuran adalah cerminan dari kebeningan hati. Orang yang selalu berusaha jujur di dalam hidupnya baik dalam niat, ucapan dan perbuatan, bisa dipastikan memiliki moral yang baik dan akhlak mulia. Bahkan, di dalam Al Quran disebutkan bahwa Allah akan menyandingkan orang-orang jujur dengan para nabi, syuhad adan orang-orang shaleh.
Allah Swt. berfirman, “Barangsiapa taat kepada Allah dan rasul-Nya, mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang diberi nikmat oleh Allah : yaitu para nabi, orang-orang yang jujur, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang shaleh..” (QS. An Nisaa [4] : 69).
Siapapun menyukai kejujuran. Seorang atasan akan suka pada karyawannya yang jujur. Rakyat akan cinta pada pemimpinnya yang jujur. Seorang suami atau istri akan sayang kepada pasangannya yang jujur. Pembeli akan senang kepada pedagang yang jujur. Fitrah manusia itu mencintai kejujuran.
Hal yang sangat berharga sebagai buah dari kejujuran adalah rasa tenang. Padahal ketenangan adalah hal yang tidak bisa dinilai dengan materi. Apa gunanya harta kekayaan yang berlimpah jika berasal dari ketidakjujuran. Yang akan lahir hanyalah resah dan gelisah, takut jika sumber kekayaannya terbongkar. Sedangkan jika rasa resah dan gelisah sudah ada di dalam hati, maka rumah yang luas pun hanya akan terasa bagai penjara. Hati terasa sempit.
Sebaliknya, orang yang jujur selalu tenang, karena yang ia genggam adalah embun kebenaran, bukan bara ketidakjujuran. Ketenangan mengantarkan pada kebahagiaan. Meskipun hidup alakadarnya, orang yang jujur akan senantiasa diliputi rasa tenang dan kebahagiaan. Rumah yang sederhana terasa luas, dengan jiwa yang lapang dan hati yang tentram.
Rasulullah Saw. bersabda, “..maka sesungguhnya kejujuran adalah ketenangan, dan kebohongan adalah keraguan..” (HR. Turmudzi).
Ketidakjujuran hanya akan menjadi jalan untuk ketidakjujuran berikutnya. Semakin menumpuk ketidakjujuran itu, maka semakin sempit hati terasa. Semakin kuat diri terpenjara. Seseorang yang tidak jujur akan susah payah dengan topeng dirinya. Entah itu demi menjaga citra atau hanya demi dipandang orang lain sebagai orang terpandang.
Sehingga orang yang tidak jujur sebenarnya sedang menyiksa dirinya sendiri. Seorang intelektual yang tidak jujur akan melakukan plagiasi, meniru atau membajak karya intelektual orang lain kemudian mengakuinya sebagai karyanya. Hanya demi mendapat penilaian sebagai seorang intelektual.
Padahal ketidakjujuran itu ibarat bangkai. Sekuat apapun menutupi, akhirnya ia akan terbongkar juga. Jika sudah demikian, hancurlah sudah namanya. Terlebih lagi, kepercayaan adalah hal yang tidak mudah untuk dibangun. Apalagi jika sudah ternoda dengan ketidakjujuran.
Rasulullah Saw. bersabda, “..Janganlah kalian berdusta, karena dusta akan mengantarkan pada kejahatan, dan kejahatan akan membawa ke neraka.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Oleh sebab itu, marilah kita berlomba-lomba menjadi pribadi-pribadi yang jujur. Demi Allah, kejujuran adalah jalan menuju keberuntungan. Kejujuran adalah jalan menuju kemuliaan sejati. Kejujuran ciri dari tauhid yang kuat dan keyakinan yang lurus kepada Allah Swt. Wallahua’lam bishawab.[]

Read More

Sabtu, 24 Januari 2015

// //

Tata Cara Mandi Junub (Jinabat) Sesuai Sunnah Nabi

ketika seorang muslim berhadats besar (junub), maka ia wajib mandi agar kembali suci. Berikut ini tata cara mandi junub sesuai tuntunan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dalam hadits-hadits shahih:

1. Niat

Mulailah dengan niat mandi wajib untuk menghilangkan hadats besar. Niat ini membedakan mandi wajib dengan mandi biasa, sebagaimana ia membedakan ibadah dengan adat/kebiasaan. Meskipun demikian, niat tidak perlu dilafalkan.
إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى
“Semua amal perbuatan tergantung niatnya dan setiap orang akan mendapatkan sesuai yang ia niatkan” (HR. Al Bukhari dan Muslim)

2. Membersihkan kedua telapak tangan

Yakni menyiram/membasuh tangan kiri dengan tangan kanan dan sebaliknya, menyiram/membasuh tangan kanan dengan tangan kiri. Diulangi tiga kali
عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اغْتَسَلَ مِنْ الْجَنَابَةِ فَبَدَأَ فَغَسَلَ كَفَّيْهِ ثَلَاثًا
“Dari Aisyah bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mandi karena junub, maka beliau memulainya dengan mencuci kedua telapak tangannya tiga kali…” (HR. Muslim)

3. Mencuci kemaluan

Mencuci dan membersihkannya dari mani dan kotoran yang ada padanya serta sekitarnya

4. Berwudhu

Yakni berwudhu sebagaimana ketika hendak shalat

5. Membasuh rambut dan menyela pangkal kepala

Dengan cara memasukkan kedua tangan ke air, lalu menggosokkannya ke kulit kepala, dan kemudian menyiram kepala tiga kali.

6. Menyiram dan membersihkan seluruh anggota tubuh

Pastikan seluruh anggota tubuh tersiram air dan dibersihkan, termasuk bagian-bagian yang tersembunyi/lipatan seperti ketiak dan sela jari kaki.
Langkah ke-3 hingga ke-6, dalilnya adalah hadits-hadits berikut ini:
عَنْ عَائِشَةَ زَوْجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا اغْتَسَلَ مِنْ الْجَنَابَةِ بَدَأَ فَغَسَلَ يَدَيْهِ ثُمَّ يَتَوَضَّأُ كَمَا يَتَوَضَّأُ لِلصَّلَاةِ ثُمَّ يُدْخِلُ أَصَابِعَهُ فِي الْمَاءِ فَيُخَلِّلُ بِهَا أُصُولَ شَعَرِهِ ثُمَّ يَصُبُّ عَلَى رَأْسِهِ ثَلَاثَ غُرَفٍ بِيَدَيْهِ ثُمَّ يُفِيضُ الْمَاءَ عَلَى جِلْدِهِ كُلِّهِ
“Dari ‘Aisyah istri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, bahwa jika Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mandi karena janabat, beliau memulainya dengan mencuci kedua telapak tangannya, kemudian berwudlu sebagaimana wudlu untuk shalat, kemudian memasukkan jari-jarinya ke dalam air lalu menggosokkannya ke kulit kepalanya, kemudian menyiramkan air ke atas kepalanya dengan cidukan kedua telapak tangannya sebanyak tiga kali, kemudian beliau mengalirkan air ke seluruh kulitnya.” (HR. Al Bukhari)
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا اغْتَسَلَ مِنْ الْجَنَابَةِ يَبْدَأُ فَيَغْسِلُ يَدَيْهِ ثُمَّ يُفْرِغُ بِيَمِينِهِ عَلَى شِمَالِهِ فَيَغْسِلُ فَرْجَهُ ثُمَّ يَتَوَضَّأُ وُضُوءَهُ لِلصَّلَاةِ ثُمَّ يَأْخُذُ الْمَاءَ فَيُدْخِلُ أَصَابِعَهُ فِي أُصُولِ الشَّعْرِ حَتَّى إِذَا رَأَى أَنْ قَدْ اسْتَبْرَأَ حَفَنَ عَلَى رَأْسِهِ ثَلَاثَ حَفَنَاتٍ ثُمَّ أَفَاضَ عَلَى سَائِرِ جَسَدِهِ ثُمَّ غَسَلَ رِجْلَيْهِ
Dari Aisyah dia berkata, “Dahulu apabila Rasulullah Shallallahu’alaihiwasallam mandi hadas karena junub, maka beliau memulainya dengan membasuh kedua tangan. Beliau menuangkan air dengan menuangkan air dengan tangan kanan ke atas tangan kiri, kemudian membasuh kemaluan dan berwudhu dengan wudhu untuk shalat. Kemudian beliau menyiram rambut sambil memasukkan jari ke pangkal rambut sehingga rata. Hingga ketika selesai, beliau membasuh kepala sebanyak tiga kali, lalu beliau membasuh seluruh tubuh dan akhirnya membasuh kedua kaki.” (HR. Muslim)
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أَرَادَ أَنْ يَغْتَسِلَ مِنْ الْجَنَابَةِ بَدَأَ فَغَسَلَ يَدَيْهِ قَبْلَ أَنْ يُدْخِلَهُمَا الْإِنَاءَ ثُمَّ غَسَلَ فَرْجَهُ وَيَتَوَضَّأُ وُضُوءَهُ لِلصَّلَاةِ ثُمَّ يُشَرِّبُ شَعْرَهُ الْمَاءَ ثُمَّ يَحْثِي عَلَى رَأْسِهِ ثَلَاثَ حَثَيَاتٍ قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ وَهُوَ الَّذِي اخْتَارَهُ أَهْلُ الْعِلْمِ فِي الْغُسْلِ مِنْ الْجَنَابَةِ أَنَّهُ يَتَوَضَّأُ وُضُوءَهُ لِلصَّلَاةِ ثُمَّ يُفْرِغُ عَلَى رَأْسِهِ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ ثُمَّ يُفِيضُ الْمَاءَ عَلَى سَائِرِ جَسَدِهِ ثُمَّ يَغْسِلُ قَدَمَيْهِ
Dari Aisyah ia berkata; “Jika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam akan mandi junub, beliau mencuci kedua tangannya terlebih dahulu sebelum memasukkan tangannya ke dalam bejana. Setelah itu beliau mencuci kemaluannya, berwudlu sebagaimana wudlu untuk shalat dan menyela-nyela rambut dengan air. Setelah itu beliau menyiramkan tiga siraman ke atas kepalanya.” Abu Isa berkata; “Hadits ini derajatnya hasan shahih, dan hadits inilah yang dipilih oleh para ahli ilmu dalam hal mandi junub. Bahwa seseorang hendaknya berwudlu sebagaimana wudlu shalat, kemudian menuangkan tiga siraman ke atas kepalanya. Setelah itu mengalirkan air ke seluruh tubuh dan membasuh kedua kakinya.” (HR. Tirmidzi)
Demikian tata cara mandi wajib sesuai tuntunan Rasulullah. Ketika kita mengamalkannya, insya Allah bukan hanya kita suci dari hadats besar, tetapi juga mendapatkan pahala karena mengikuti sunnahnya. Wallahu a’lam bish shawab. [Muchlisin BK/bedamedia]
Read More

Kamis, 22 Januari 2015

// //

Inilah Istilah Lain dari Babi

BARU-baru ini kita menyaksikan pemandangan yang sangat memprihatinkan: seorang perempuan berkerudung sedang menyantap makanan yang bertuliskan Siomay ‘cu nyuk’. Foto yang diunggah dan menyebar di media sosial itu sontak menjadi perbincangan hangat. Bukankah cu nyuk artinya daging babi?

Besar kemungkinan, si pembeli tadi teledor dan tidak menanyakan terlebih dahulu kepada penjualnya. Di sisi lain, si penjual juga tidak berlaku jujur karena tidak memberi informasi yang sejelas-jelasnya tentang makanan yang mereka jajakan.

Wakil Direktur Bidang Auditing dan Sistem Jaminan Halal, Ir. Muti Arintawati menyatakan di tengah ramainya barang-barang impor, seiring dengan Masyarakat Ekonomi Asean, konsumen di Indonesia memang harus lebih kritis terhadap produk yang hendak mereka konsumsi.

Banyak istilah yang belum mereka pahami, sehingga sangat disarankan agar konsumen bertanya terlebih dahulu sebelum membeli sesuatu yang kandungan bahannya belum mereka ketahui. “Ini untuk menghindari kejadian seperti ibu-ibu yang membeli siomay cu nyuk, beberapa waktu lalu,” tukasnya.

Sebagai contoh,  banyak yang belum memahami bahwa label bertulis This product contain substance from porcine, artinya produk tersebut mengandung bahan dari babi. Begitu juga dengan istilah The source of gelatin capsule is porcine, yang artinya kapsul dari gelatin babi.

Berikut istilah yang digunakan dalam produk yang mengandung/menggunakan unsur babi, sebagaimana dirilis Lembaga Pengkajian Pangan, Obat, dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI).

  1. PIG: Istilah umum untuk seekor babi atau sebenarnya babi muda, berat kurang dari 50 kg.
  2. PORK: Istilah yang digunakan untuk daging babi di dalam masakan.
  3. SWINE: Istilah yang digunakan untuk keseluruhan kumpulan spesies babi.
  4. HOG: Istilah untuk babi dewasa, berat melebihi 50 kg.
  5. BOAR: Babi liar / celeng / babi hutan.
  6. LARD: Lemak babi yang digunakan untuk membuat minyak masak dan sabun.
  7. BACON: Daging hewan yang disalai, termasuk / terutama babi.
  8. HAM: Daging pada bagian paha babi.
  9. SOW: Istilah untuk babi betina dewasa (jarang digunakan)
  10. SOW MILK: susu babi.
  11. PORCINE: Istilah yang digunakan untuk sesuatu yang berkaitan atau berasal dari babi. Porcine sering digunakan di dalam bidang pengobatan/ medis untuk menyatakan sumber yang berasal dari babi.

Di tengah-tengah masyarakat juga dikenal istilah-istilah lain yang merujuk pada babi, misalnya charsiu, cu nyuk, mu, chasu, yakibuta, nibuta, B2, khinzir dan lain-lain.

“Jika menemukan istilah-istilah tersebut di atas, konsumen tak perlu ragu untuk meninggalkan produk tersebut dan menggantinya dengan produk sejenis yang telah bersertifikat halal,” jelas Farid MS juru bicara LPPOM MUI. [rn/Islampos]
Read More

Selasa, 20 Januari 2015

// //

KEUTAMAAN SHOLAWAT AL-FATIH



ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺻَﻞِّ ﻋَﻠﻰَ ﺳَﻴِّﺪِﻧَﺎ ﻣُﺤَﻤَّﺪِ، ﺍﻟْﻔَﺎﺗِﺢِ ﻟِﻤَﺎ ﺃُﻏْﻠِﻖَ ﻭَﺍﻟْﺨَﺎﺗِﻢِ ﻟِﻤَﺎ ﺳَﺒَﻖَ، ﻧَﺎﺻِﺮِ ﺍﻟْﺤَﻖِّ ﺑِﺎﻟْﺤَﻖِّ، ﻭَﺍﻟْﻬَﺎﺩِﻱ ﺇِﻟَﻰ ﺻِﺮَﺍﻃِﻚَ
ﺍﻟْﻤُﺴْﺘَﻘِﻴْﻢِ ﻭَﻋَﻠﻰَ ﺁﻟِﻪِ ﺣَﻖَّ ﻗَﺪْﺭِﻩِ ﻭَﻣِﻘْﺪَﺍﺭِﻩِ ﺍﻟﻌَﻈِﻴْﻢِ .

Allahumma Sholli Ala Sayyidina Muhammaddinil Fatihi Lima Ughliqo Wal Khotimi Lima Sabaqo,
Nashiril Haqqi Bil Haqqi Wal Hadi Ila Shirotikal Mustaqim Wa Ala Alihi Haqqo Qodrihi Wa Miq Darihil
Adzim.



Artinya: “ Ya Allah berikanlah shalawat kepada penghulu kami Nabi Muhammad yang
membuka apa yang tertutup dan yang menutupi apa-apa yang terdahulu, penolong kebenaran
dengan kebenaran yang memberi petunjuk ke arah jalan yang lurus. Dan kepada keluarganya,
sebenar-benar pengagungan padanya dan kedudukan yang agung ”.
Sholawat al-Fatih memiliki 8 martabat keutamaan, dibawah ini hanya keutamaan pada
martabat yang pertama saja, sedangkan yang lainnya dirahasiakan oleh Allah SWT,
diantaranya adalah :

1. Membaca sholawat al-Fatih 1x setiap hari di jamin hidup bahagia dunia dan akhirat.

2. Membaca sholawat al-Fatih 1x menghapus semua dosa (Besar Dan Kecil ).

3. Membaca sholawat al-Fatih 1x menyamai pahala ibadah semua mahluk di alam
semesta ini 6000x lipat.

4. Membaca sholawat al-Fatih 1x menyamai pahala sholawat yang dibaca oleh seluruh
mahluk dari awal di ciptakan sampai sekarang 600x lipat.

5. Membaca sholawat al-Fatih 1x setiap hari, di jamin mati membawa iman ( husnul
khotimah ).

6. Membaca sholawat al-Fatih 10x di malam jum’at lebih besar pahalanya dari pada
ibadah seorang wali yang tidak membaca sholawat al-Fatih selama 1 juta tahun.

7. Pahala sholawat al-Fatih dapat menutupi dan mengganti kesalahan yang pernah ia
lakukan terhadap orang lain, sehingga ia dapat mengganti tuntutannya di hari kiamat.
ini caranya :

FIDYAH DENGAN SHOLAWAT al-FATIH

Sayyid Muhammad Ibnul `Arooby ad-Dimroowy ra berkata : ”Sebagian dari yang telah
diajarkan oleh Syekh kami Syekh Ahmad bin Muhammad at-Tijany ra tatkala aku bertanya
kepada beliau tentang masalah gibah dan masalah lain yang serupa dengan itu seperti
mengambil hal milik orang. Maka beliaupun menjelaskan : Bacalah sholawat al-Fatih, lalu
ucapkanlah pernyataan ini : ( Ya Allah sholawat ini aku hadiahkan kepada setiap orang yang
bagiku dan bagi kedua orang tuaku ada semacam tanggungan, kezholiman, hak yang aku
langgar serta hutang piutang yang belum sempat aku tunaikan sejak aku lahir hingga aku mati,
yang akan ia tuntut aku pada hari kiamat dihadapan-Mu. Ya Allah, terimalah bacaan
sholawatku ini, dan sampaikanlah pahalanya kepada mereka, agar mereka mendapatkan
pahalanya sesuai dengan bagian mereka masing-masing)” ( Ghoyatul `Amaany. Syekh
Muhammad as-Sayyid at-Tijany hal 8 )

8. Membaca sholawat al-Fatih 100x di malam jum’at menghapus dosa 400 tahun.

9. Membaca Shalawat Al Fatih 1x sama dengan mengkhatamkan Al Quran 6000 x lipat.

10. Membaca Shalawat Al Fatih 1x sama dengan membaca Dalail Al Khairat 6000x lipat.

11. Syekh Ahmad at-Tijany R.a berkata :”Keistimewaan sholawat al-Fatih sangat sulit di
terima oleh akal, karena ia merupakan rahasia Allah SWT yang tersembunyi.
Seandainya ada 100,000 bangsa, yang setiap bangsa itu terdiri dari 100,000 kaum,
dan setiap kaum terdiri dari 100,000 orang, dan setiap orang diberi umur panjang oleh
Allah SWT sampai 100,000 tahun, dan setiap orang bersholawat kepada nabi setiap
hari 100,000 x, semua pahala itu belum dapat menandingi pahala membaca sholawat
al-Fatih 1x.



( al-Fathur Robbany karya Sayyid Muhammad bin Abdillah as-Syafi`ie
at-Thoshfaawy at-Tijany hal 99-100 ).
Foto: ‎KEUTAMAAN SHOLAWAT AL-FATIH ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺻَﻞِّ ﻋَﻠﻰَ ﺳَﻴِّﺪِﻧَﺎ ﻣُﺤَﻤَّﺪِ، ﺍﻟْﻔَﺎﺗِﺢِ ﻟِﻤَﺎ ﺃُﻏْﻠِﻖَ ﻭَﺍﻟْﺨَﺎﺗِﻢِ ﻟِﻤَﺎ ﺳَﺒَﻖَ، ﻧَﺎﺻِﺮِ ﺍﻟْﺤَﻖِّ ﺑِﺎﻟْﺤَﻖِّ، ﻭَﺍﻟْﻬَﺎﺩِﻱ ﺇِﻟَﻰ ﺻِﺮَﺍﻃِﻚَ ﺍﻟْﻤُﺴْﺘَﻘِﻴْﻢِ ﻭَﻋَﻠﻰَ ﺁﻟِﻪِ ﺣَﻖَّ ﻗَﺪْﺭِﻩِ ﻭَﻣِﻘْﺪَﺍﺭِﻩِ ﺍﻟﻌَﻈِﻴْﻢِ . Allahumma Sholli Ala Sayyidina Muhammaddinil Fatihi Lima Ughliqo Wal Khotimi Lima Sabaqo, Nashiril Haqqi Bil Haqqi Wal Hadi Ila Shirotikal Mustaqim Wa Ala Alihi Haqqo Qodrihi Wa Miq Darihil Adzim. Artinya: “ Ya Allah berikanlah shalawat kepada penghulu kami Nabi Muhammad yang membuka apa yang tertutup dan yang menutupi apa-apa yang terdahulu, penolong kebenaran dengan kebenaran yang memberi petunjuk ke arah jalan yang lurus. Dan kepada keluarganya, sebenar-benar pengagungan padanya dan kedudukan yang agung ”. Sholawat al-Fatih memiliki 8 martabat keutamaan, dibawah ini hanya keutamaan pada martabat yang pertama saja, sedangkan yang lainnya dirahasiakan oleh Allah SWT, diantaranya adalah :

1. Membaca sholawat al-Fatih 1x setiap hari di jamin hidup bahagia dunia dan akhirat.

2. Membaca sholawat al-Fatih 1x menghapus semua dosa (Besar Dan Kecil ).

3. Membaca sholawat al-Fatih 1x menyamai pahala ibadah semua mahluk di alam semesta ini 6000x lipat. 

4. Membaca sholawat al-Fatih 1x menyamai pahala sholawat yang dibaca oleh seluruh mahluk dari awal di ciptakan sampai sekarang 600x lipat. 

5. Membaca sholawat al-Fatih 1x setiap hari, di jamin mati membawa iman ( husnul khotimah ). 

6. Membaca sholawat al-Fatih 10x di malam jum’at lebih besar pahalanya dari pada ibadah seorang wali yang tidak membaca sholawat al-Fatih selama 1 juta tahun. 

 7. Pahala sholawat al-Fatih dapat menutupi dan mengganti kesalahan yang pernah ia lakukan terhadap orang lain, sehingga ia dapat mengganti tuntutannya di hari kiamat. ini caranya : FIDYAH DENGAN SHOLAWAT al-FATIH Sayyid Muhammad Ibnul `Arooby ad-Dimroowy ra berkata : ”Sebagian dari yang telah diajarkan oleh Syekh kami Syekh Ahmad bin Muhammad at-Tijany ra tatkala aku bertanya kepada beliau tentang masalah gibah dan masalah lain yang serupa dengan itu seperti mengambil hal milik orang. Maka beliaupun menjelaskan : Bacalah sholawat al-Fatih, lalu ucapkanlah pernyataan ini : ( Ya Allah sholawat ini aku hadiahkan kepada setiap orang yang bagiku dan bagi kedua orang tuaku ada semacam tanggungan, kezholiman, hak yang aku langgar serta hutang piutang yang belum sempat aku tunaikan sejak aku lahir hingga aku mati, yang akan ia tuntut aku pada hari kiamat dihadapan-Mu. Ya Allah, terimalah bacaan sholawatku ini, dan sampaikanlah pahalanya kepada mereka, agar mereka mendapatkan pahalanya sesuai dengan bagian mereka masing-masing)” ( Ghoyatul `Amaany. Syekh Muhammad as-Sayyid at-Tijany hal 8 ) 

8. Membaca sholawat al-Fatih 100x di malam jum’at menghapus dosa 400 tahun.

9. Membaca Shalawat Al Fatih 1x sama dengan mengkhatamkan Al Quran 6000 x lipat. 

10. Membaca Shalawat Al Fatih 1x sama dengan membaca Dalail Al Khairat 6000x lipat.

11. Syekh Ahmad at-Tijany R.a berkata :”Keistimewaan sholawat al-Fatih sangat sulit di terima oleh akal, karena ia merupakan rahasia Allah SWT yang tersembunyi. Seandainya ada 100,000 bangsa, yang setiap bangsa itu terdiri dari 100,000 kaum, dan setiap kaum terdiri dari 100,000 orang, dan setiap orang diberi umur panjang oleh Allah SWT sampai 100,000 tahun, dan setiap orang bersholawat kepada nabi setiap hari 100,000 x, semua pahala itu belum dapat menandingi pahala membaca sholawat al-Fatih 1x. ( al-Fathur Robbany karya Sayyid Muhammad bin Abdillah as-Syafi`ie at-Thoshfaawy at-Tijany hal 99-100 ).‎

Ibnsuta009.blogspot.com
Read More
// //

Tiga Perkara Perusak Iman

BANYAK sekali hal-hal yang dapat kita lakukan agar kita dapat memperoleh iman. Hanya saja dalam mempertahankan iman itulah yang mungkin akan cukup sulit bagi kita. Begitu pula dengan kualitasnya.
Manusia cenderung menginginkan imannya itu kuat. Tapi terkadang, akibat ulah manusia itu sendiri pula, maka iman itu menjadi goyah. Hal itu dapat terjadi akibat manusia yang tidak bisa menahan hawa nafsunya. Oleh karena itu, penting bagi kita menahan hawa nafsu itu. Agar kita dapat terhindar dari goyahnya iman.
Bila kita ingin kualitas iman kita tidak goyah, maka janganlah kalian lakukan 3 perkara ini.

Pertama, amat sangat pelit. Sangat pelit atau kikir adalah penghalang seseorang dekat sesama makhluk, apalagi dengan Allah, pasti akan semakin jauh. Dan sebaliknya kikir akan membawa seseorang mendekat pada neraka.

Kedua, menuruti hawa nafsu. Adapun unsur perusak kedua adalah hawa nafsu yang terlalu di manja. Artinya, seseorang yang menuruti hawa nafsunya berarti merusak diri dan imannya sendiri. Karena hawa nafsu senantiasa condong pada berbagai maksiat yang melanggar aturan-aturan Allah SWT. Untuk unsur kedua ini sudahlah maklum adanya. Sehingga Allah berfirman “wala tattabiul hawa…” janganlah engkau sekalian menuruti hawa nafsumu.

Dan ketiga ujub (merasa puas dengan diri sendiri). Adapun ujub merupakan satu unsur perusak. Ujub adalah merasa diri paling benar dan paling baik sehingga menimbulkan rasa bangga dan takjub pada diri sendiri sehingga menjadikan yang bersangkutan lalai bahwa apa yang ada pada dirinya saat ini merupakan nikmat Allah SWT. Ujub bila selalu dipupuk sangatlah berbahaya, ia akan menyebabkan seseorang merasa menjadi Tuhan dalam dirinya sendiri. Karena sejatinya ujub adalah kesombongan yang tersembunyi. Dan jika telah terjangkit penyakit sombong maka ingatlah hadits Rasulullah SAW, “tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya terbersit sifat sombong walaupun sebesar dzarrah.” [rika/islampos/pesantrenonline]
Read More
// //

Bila Jodoh Tak Kunjung Datang

KONON jodoh bagaikan rezeki. Kadang datang tanpa di duga, kadang juga susah untuk dicari walau telah berusaha mengejarnya. Jodoh meruapakan suatu hal yang ibratnya sangat dibutuhkan. Mengapa? Karena hidup di dunia ini serba berpasangan. Maka tak heran, ketika seseorang telah merasa dirinya siap untuk menjalin keluarga, merasa gelisah ketika orang yang akan menjadi pendampingnya itu tak kunjung tiba.

Pada masa lalu, seseorang biasanya akan dijodohkan oleh orangtuanya. Menurut kebanyakan orang, pilihan orangtua itu yang paling tepat. Karena orangtua pasti akan mencari orang yang terbaik bagi anak tercintanya. Sehingga, orangtua akan menyeleksi secara detail, baik itu dari bibit, bebet maupun bobotnya.

Biasanya, orangtua yang melakukan perjodohan itu memiliki niat untuk menjalin silaturahmi dengan keluarga yang akan berbesan dengannya. Sehingga, tak sedikit orang yang melakukan perjodohan itu, mengalami keadaan rumah tangga yang tentram dan harmonis. Bahkan, langgeng hingga ajal memisahkan keduanya.

Tapi, tak sedikit pula orang tua yang memiliki niatan kurang baik. Yakni, orangtua yang melihat seseorang dari harta dan tahtanya saja. Biasanya, orang tua yang seperti ini, cenderung memaksakan kehendak kepada anaknya, agar ia mau mengikuti perintahnya. Sehingga, tak sedikit pula, pasangan yang dijodohkan dengan niat seperti itu berakhir secara stragis. Ini semua terjadi akibat tekanan batin dari keduanya yang memang tidak mendasari rumah tangga atas cinta dan kasih sayang.

Namun, pada masa sekarang ini, perjodohan dianggap suatu hal yang jadul atau kuno. Bahkan, hal itu menjadi suatu sindiran dengan ungkapan zaman Siti Nurbaya. Pengaruh dari luar dan budaya telah mengubah pandangan masyarakat. Mencari pasangan sendiri lebih disukai karena sesuai dengan pilihan hati.

Akhirnya, orangtua kini menyerahkan sepenuhnya kepada anak. Maka, muncullah tradisi “pacaran” . Dalam perkembangannya pacaran yang tadinya ingin mencari jodoh itu, malah diselewengkan. Kini, hal tersebut dijadikan sebagai senang-senang dengan lawan jenis tanpa ikatan dan komitmen yang jelas. Bahkan, belakangan batasan tentang interaksi antarpacar menjadi semakin permisif dengan titik ekstrim, berzina.

Pacaran sebagai cara mencari jodoh menurut Prof. Dr. Zakiah Darajat mempunyai kelemahan. “Menurut saya, ketika orang berpacaran, maka pada saat itu mereka menjadi buta. Biasanya yang jelek pun jadi terlihat baik. Cinta membuat semua keburukan akan terlihat baik-baik saja. Katakanlah kebaikannya ada 3, kejelekannya ada 9, bisa-bisa yang kelihatan cuma yang 3 itu saja. Pacaran juga bukan jaminan rumah tangganya akan baik. Ada yang sudah pacaran 10 tahun, terus tidak jadi menikah. Semakin lama pacaran kan bikin bosan semua. Dalam agama sebenarnya pacaran tidak diperbolehkan. Apalagi dengan gaya pacaran sekarang yang cenderung serba bebas,” kata Zakiah menjelaskan lebih lanjut.

Lalu bagaimana solusi terbaiknya? Cara terbaik untuk mengatasi hal seperti ini ialah dengan cara berikhtiar dan jangan lupakan doa. Dengan begitu, insya Allah, Allah akan memudahkan urusan kita dalam hal pencarian jodoh ini. Kalau pun tidak secepat seperti apa yang kita inginkan, pasti ada hikmah di balik itu. Yakinlah dan berpikir positif dengan cara yakin bahwa janji Allah itu tidak pernah dusta. [Sumber: Ummi Wanita Berpolitik No 01/XI Mei-Juni 1999/1420 H]
Read More

Senin, 19 Januari 2015

// //

Begini Caranya Hapus Aib dari Si Gadis Mabuk di Facebook


AKHIR-akhir ini, sebagian besar kita mungkin tengah geregetan setiap kali membuka Facebook. Masalahnya, entah bagaimana, ada sebuah video atau tautan yang tiba-tiba saja tertera di linimasa kita. Bisa dikirim oleh seseorang, ataupun ditag. Video itu berisi soal gadis mabuk, mulai dari “Raksasa ular makan manusia”, “Heboh! gadis mabuk mencabuli sebatang pohon”, “Bukannya menolong, pria justru memanfaatkan wanita mabuk ini”, “Wanita mabuk setelah pesta” dan “Gadis mabuk setelah pesta”, yang semuanya membuat kita malu, tentu saja.

Bagi pengguna Facebook terutama yang masih awam, jelas perlu hati-hati dan jika ada yang memberikan link video tersebut, maka langkah pertama, abaikan saja atau hapus dari akun facebook Anda. Si gadis mabuk ini murni merupakan malware.

Namanya juga malware, jika Anda mengkliknya, maka, si gadis mabuk ini akan tampil di linimasa Anda. Tidak itu saja, link itu akan men-tag teman-teman Anda pula. Risikonya, teman yang belum tahu akan menyangka Anda sudah mengunggah gambar atau video yang meresahkan itu.

Nah, bagaimana jika Anda sudah terlanjur mengkliknya? Jangan khawatir, ada caranya kok. Berikut ini cara ampuh menghilangkan malware video gadis mabuk di facebook bagi pengguna browser Google Chrome dan Mozilla Firefox:

1. Bagi pengguna Mozilla Firefox
– Buka browser Firefox Anda, terus ketikkan di address bar “about:addons” (tanpa tanda kutip)
– Pilih “Extensions” dan cari file inject dengan nama “Fullscreen 4.0” ataupun ekstensi lain yang mencurigakan seperti Wanita Mabuk Setelah Pesta di Facebook
– Kemudian Hapus extensi “Fullscreen 4.0″ tersebut dan restart Firefox Anda.

2. Bagi pengguna Google Chrome
– Buka browser Chrome Anda dan ketikkan di address bar “chrome://extensions”.
– Jika extensi malware tersebut Ada di browser Anda, maka Anda akan melihat gambar icon yang mencurigakan.
– Untuk menghapusnya, klik icon Trash (delete), dan bila sudah hilang restart kembali Chrome Anda dan malware pun sudah hilang dari komputer Anda. Semoga berhasil. []

Sumber:
www.simomot.com
www.caratip.com
www.mashar2000.com
www.islampos.com
Read More

Minggu, 18 Januari 2015

// //

Mencabut Alis : Cantik atau Mengundang Bahaya?

Oleh: Umma Azura

DALAM sebuah seminar di sebuah rumah sakit di Kuwait bersama Husain Makki Jam’ah spesialis penyakit kanker dan dokter spesialis kanker payudara di rumah sakit tersebut, seperti yang dimuat di situs : http : //forum.sedty.com/t450852.html,  diterangkan adanya hubungan antara kanker payudara dan mencabut alis.

Pencabutan satu helai rambut alis bisa saja mengakibatkan pembekuan darah di daerah tumbuhnya rambut. Darah yang membeku tersebut dapat terbawa dan berhenti di sel-sel payudara setelah beberapa waktu.

Darah yang teroksigen itu kemudian bisa menumpuk berbentuk setitik darah di dalam sel-sel tersebut dalam jangka waktu bertahun-tahun.

Inilah selanjutnya yang dapat berubah menjadi sel-sel kanker yang mengakibatkan kanker payudara. Semoga Allah ta’ala melindungi kita.

Selain itu, dalam sebuah program acara di stasiun Ar-Rahmah, yang bertema : hubungan antara menghilangkan alis dan kesehatan wanita, seorang dokter menjelaskan: mencabut alis menyebabkan sekresi hormon tiroid, penyebab ketidakteraturan hormon di dalam tubuh wanita yang memicu kegemukan; terganggunya jadwal menstruasi; ketegangan syaraf; serta susah tidur di malam hari.

Sedangkan efek jangka panjangnya menyebabkan kerapuhan tulang dan mudah patah setelah dia berusia 40 tahun. Lihat program acaranya di : http://www.youtube.com/watch?v=FZZdx3puAW

Sementara di laman http ://forum.al-walid.com/t169454.html, Dr. Wahbah Ahmad Hasan menjelaskan, “Menghilangkan rambut alis dengan beragam cairan, menggunakan pensil pewarna dan kosmetik lainnya beresiko terkontaminasi senyawa-senyawa logam berat disamping bisa menyuburkan parasit kulit.

Penemuan tentang adanya hubungan mencabut atau mencukur alis mata dengan kesehatan, sungguh sebuah pelajaran yang berharga untuk kita.

Utamanya bagi kaum wanita yang tergila-gila ‘merenovasi’ alisnya untuk dibentuk sesuai dengan standar kecantikan versi manusia.

Sungguh, Allah ta’ala tidak melarang sesuatu kecuali ada hikmahnya.
Dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, beliau mengatakan,

لَعَنَ اللَّهُ الوَاشِمَاتِ وَالمُوتَشِمَاتِ، وَالمُتَنَمِّصَاتِ وَالمُتَفَلِّجَاتِ، لِلْحُسْنِ المُغَيِّرَاتِ خَلْقَ اللَّهِ

“Allah melaknat tukang tato, orang yang ditato, al-mutanamishah, dan orang yang merenggangkan gigi, untuk kecantikan, yang mengubah ciptaan Allah.”  (HR. Bukhari 4886, Muslim 2125, dan lainnya).
An-Nawawi rahimahullah menegaskan, bahwa larangan dalam hadis ini tertuju untuk bulu alis,

وأن النهي إنما هو في الحواجب وما في أطراف الوجه

“Larangan tersebut adalah untuk alis dan ujung-ujung wajah..” (Sharh Shahih Muslim, 14/106).
Dalam penjelasannya, beliau katakan, “An naamishoh adalah orang yang menghilangkan rambut wajah, sedangkan al mutanammishoh adalah orang yang meminta dicabutkan.

An namsh, merupakan perbuatan haram kecuali jika pada wanita terdapat jenggot atau kumis, maka tidak mengapa untuk dihilangkan, bahkan menurut kami hal itu disunnahkan.”  (Al Minhaj Sharh Shahih Muslim, 14/106).

Wahai Saudariku, yang mencabut alis dan rambut di wajah berhentilah sebelum terlambat .
Duhai suami, ayah atau saudara janganlah diam menyaksikan mahrammu melakukan perbuatan yang bisa membahayakan kesehatannya, terlebih ada dalil dari hadist Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam yang shahih. 

Diolah dari berbagai sumber : 1. Yuk Sempurnakan Hijab, Usth. Badriyah dan dr.Samihah 2. http://www.konsultasisyariah.com/hukum-merapikan-alis/ 3. http://www.solusiislam.com/…/bolehkah-mencukur-atau-mencabu…
Read More

Sabtu, 17 Januari 2015

// //

Pengakuan Ulama Syiah


DAHULU pernah terjadi kesepakan antara ulama Syiah dan ulama Sunni untuk mengadakan sebuah diskusi, terkait dengan ajaran Syiah. Tempat dan waktu pun ditentukan. Diskusi dihadiri dan melibatkan tujuh orang ulama dari Sunni dan tujuh ulama dari Syiah.

Selang beberapa hari setelah kesepakatan itu, tepat pada hari dan waktu yang telah ditentukan ulama-ulama syiah pun hadir, lengkap tujuh orang, di dalam sebuah ruangan. Namun, entah karena alasan apa tak satupun ulama dari Sunni muncul. Para ulama Syiah pun menunggu. Setelah lama menunggu, orang yang ditunggu-tunggu tidak muncul-muncul juga, tidak ada tanda-tanda mereka akan datang.

Namun, setelah menunggu lama tiba-tiba masuk seorang masuk dengan sepatu yang ditenteng bawah ketiaknya. Para ulama Syiah pun terheran-heran, lantas bertanya:

“Mengapa kau membawa masuk sepatumu ke ruangan ini?”

Orang yang ditanya lantas menjawab: “Setahu saya, di zaman Rasulullah orang-orang syiah suka mencuri sandal.”

Ulama Syiah pun saling pandang antara satu dengan lainnya dengan pandangan heran. Lalu mereka berkata: “Tapi di zaman Rasul belum ada Syiah.”

“Kalau begitu diskusi kita telah selesai. Dari manakah datangnya ajaran agama kalian kalau di zaman Rasulullah tidak ada Syiah,” Jawab laki-laki itu dengan brilian.

Tenyata orang yang datang membawa sepatu tersebut adalah Syaikh Ahmad Deedat Rahimahullah, penulis buku fenomenal The Choice.
Read More

Jumat, 16 Januari 2015

// //

Nasihat Imam Al-Ghazali Jika Ingin Selamat Menuju Akhirat

DUNIA ini penuh dengan tipu daya. Ia memancarkan segala keindahannya sehingga kita terkadang lupa akan hari akhir yang kekal itu. Dunia selalu menggoda manusia agar melupakan tujuannya. Padahal, dunia hanya alat atau ladang untuk mengeruk sebanyak-banyaknya amal kebaikan sehingga bisa dibawa sebagai bekal nanti.

Saudaraku,

Yang paling besar di bumi ini bukan gunung dan lautan, melainkan hawa nafsu yang jika gagal dikendalikan maka kita akan menjadi penghuni neraka. Kita tidak akan sanggup mengekang amarah dan hawa nafsu secara keseluruhan hingga tidak meninggalkan bekas apapun dalam diri kita. Namun jika mencoba untuk mengendalikan keduanya dengan cara latihan dan kesungguhan yang kuat, tentu kita akan bisa.

Saudaraku,

Bersungguh – sungguhlah dalam menuntut ilmu, jauhilah rasa malas dan bosan karena jika tidak demikian, kita akan berada dalam bahaya kesesatan. Ketahuilah bahwa ciri yang membedakan manusia dan hewan adalah ilmu. Menuntut ilmu adalah taqwa. Menyampaikan ilmu adalah ibadah. Mengulang-ulang ilmu adalah zikir. Mencari ilmu adalah jihad.

Saudaraku,

Manusia menjadi mulia karena ilmu, tanpa ilmu mustahil ada kekuatan. Ilmu itu menghidupkan hati daripada kebutaan, sinar penglihatan daripada kezaliman dan tenaga badan daripada kelemahan.

Saudaraku,

Jika menghadapi kawan atau musuhmu hadapilah dengan wajah yang menunjukkan kegembiraan, kerelaan penuh kesopanan dan ketenangan. Jangan memperlihatkan sikap angkuh dan sombong.

Saudaraku,

Barangsiapa yang memilih harta dan anak – anaknya daripada apa yang ada di sisi Allah, niscaya ia rugi dan tertipu dengan kerugian yang amat besar. Kecintaan kepada Allah melingkupi hati, kecintaan ini akan membimbing hati dan bahkan merambah ke segala hal. [fha/islampos/lingkaranqalbu]
Read More

Kamis, 15 Januari 2015

// //

Hubungan Terlarang Antara Manusia dan Jin

MANUSIA dan jin merupakan dua makhluk yang berbeda. Jika manusia dikatakan sebagai makhluk kasar, maka jin merupakan makhluk halus, artinya tak kasat mata. Namun demikian, di antara keduanya terkadang terjalin hubungan yang begitu dekat. Sehingga, mereka bisa saja saling membantu, dengan menciptakan hubungan mutualisme, yakni saling menguntungkan.
Kedekatan manusia dengan jin boleh saja, tapi ingat pula bahwa ada juga hubungan terlarang antara mereka. Dan hubungan inilah yang harus kita hindari. Karena bila tidak maka akan berakibat sangat fatal.

Allah Subhanahu wa Ta’ala sudah mengingatkan:

وَيَوْمَ يَحْشُرُهُمْ جَمِيعًا يَا مَعْشَرَ الْجِنِّ قَدِ اسْتَكْثَرْتُمْ مِنَ الْإِنْسِ ۖ وَقَالَ أَوْلِيَاؤُهُمْ مِنَ الْإِنْسِ رَبَّنَا اسْتَمْتَعَ بَعْضُنَا بِبَعْضٍ وَبَلَغْنَا أَجَلَنَا الَّذِي أَجَّلْتَ لَنَا ۚ قَالَ النَّارُ مَثْوَاكُمْ خَالِدِينَ فِيهَا إِلَّا مَا شَاءَ اللَّهُ

“Dan (ingatlah) hari di waktu Allah menghimpunkan mereka semuanya (manusia dan jin), (dan Allah berfirman), ‘Hai golongan jin (setan), sesungguhnya kamu telah banyak (menyesatkan) manusia.’ Lalu berkatalah kawan-kawan mereka dari golongan manusia, ‘Ya Rabb kami, sesungguhnya sebagian dari kami (manusia) telah mendapat kesenangan dari sebagian yang lain (jin) dan kami telah sampai kepada waktu yang telah Engkau tentukan bagi kami.’ Allah berfirman, ‘Neraka itulah tempat tinggal kamu semua, sedang kamu semua kekal di dalamnya, kecuali kalau Allah menghendaki (yang lain)’,” (QS. al An’am/6: 128).

Di dalam tafsirnya, Ibnu Katsir rahimahullah juga mengutip perkataan al Hasan, “Arti sebagian jin dan manusia saling mendapat kesenangan satu sama lain, tidak lain ialah jin telah memerintahkan dan mempekerjakan manusia,” (Lihat Tafsir Ibnu Katsir dengan diringkas, tentang Surah al An’am/6 ayat 128).

Sementara itu, Syaikh Abdur-Rahman bin Hasan Aalu asy Syaikh menukil penjelasan Imam Mula Ali al Qari, “Kesenangan yang didapatkan manusia dari jin ialah, ketika jin memenuhi kebutuhan manusia, menuruti perintah manusia dan memberikan informasi tentang hal-hal ghaib. Sedangkan kesenangan yang diperoleh jin dari manusia ialah, ketika manusia mengagung-agungkan jin, meminta perlindungan dan tunduk kepada jin,” (Lihat Fat-hul Majid Syarh Kitab at Tauhid, Syaikh Abdur Rahman bin Hasan Aal asy Syaikh, Bab Minasy-Syirki al Isti’adzatu bi Ghairillah. Pembahasan ayat pertama, halaman 134).

Read More

Selasa, 13 Januari 2015

// //

Antara Istiqamah dan Istighfar

TERKADANG muncul dalam persepsi bahwa orang yang istiqamah adalah orang yang konsisten dalam kebenaran dan tidak pernah sekalipun terjerumus dalam lubang kenistaan. Padahal sesungguhnya manusia tetaplah manusia, kendatipun takwanya ia. Ia pasti pernah berbuat kekeliruan ataupun kesalahan. Oleh karenanya, untuk menyelesaikan masalah ini, dalam salah satu ayat-Nya di dalam Al-qur’an, Allah SWT menggandeng antara istiqamah dengan istighfar kepada Allah SWT, yaitu sebagaimana yang terdapat dalam (QS. Fushilat: 41: 6).

“Katakanlah: Bahwasannya aku hanyalah seorang manusia seperti kamu, diwahyukan kepadaku bahwasannya Allah SWT adalah Allah SWT Yang Maha Esa, maka tetaplah pada jalan yang lurus menuju kepada-Nya. Serta kecelakaan yang yang besarlah bagi orang-orang yang mempersatukan (Nya).”

Ayat di atas menggambarkan, bahwa setiap insan pasti pernah melakukan satu kelalaian atau kesalahan, tanpa terkecuali siapapun dia. Oleh karenanya, seorang muslim yang baik adalah yang senantiasa introspeksi diri terhadap segala kekurangan dan kesalahan-kesalahannya, untuk kemudian berusaha memperbaikinya dengan terlebih dahulu beristighfar dan bertaubat memohon ampunan kepada Allah SWT.

Terlebih ketika mengarungi jalan dakwah yang penuh lubang dan duri, serta masafah (baca; jarak tempuh) yang seolah bagaikan tautan tiada bertepi. Di sana manusia-manusia yang beragam asal-usulnya, berbeda latar belakangnya; baik dalam keilmuan, pengalaman, cara pandang dan lain sebaganya. Tentulah hal ini memerlukan keistiqamahan dalam mengarunginya. Karena benturan, perbedaan ataupun kesilapan diantara sesama sktivis dakwah pasti terjadi.

Mustahil jika manusia sebanyak itu tidak pernah saling salah paham. Sedangkan suami istri yang telah diikat dengan kalimatullah, hidup bersama siang dan malam, pagi dan sore, masih memiliki perbedaan-perbedaan yang sulit dihindarkan. Apa lagi bagi sebuah kelompok besar yang masing-masing memiliki interest tersendiri. Namun yang lebih penting adalah, pasca kesalahan tersebut, apa yang ia perbuat kemudian? Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda: “Semua anak cucu Adam as berbuat kesalahan. Dan sebaik-baik orang yang berbuat salah, adalah mereka-mereka yang bertaubat,” (HR. Tirmidzi).

Para ulama mengemukakan bahwa proses perbaikan diri dari kesalahan dan kekeliruan yang diperbuat, adalah juga bagian yang tak terpisahkan dari istiqamah itu sendiri. (Al-Bugha, 1933: 175). [santi/islampos/Dikutip dari: Saksi/karya:Mashadi]
Read More

Sabtu, 10 Januari 2015

// //

Dalil-dalil tentang Kiamat dalam Kitab Yahudi dan Nasrani

TIDAK diragukan lagi bahwa kitab-kitab samawi yang diturunkan Allah SWT, nas-nasnya banyak menyebut hari akhir, membuat orang takut akan hari itu, memberi kabar gembira tentang kenikmatan yang Allah sediakan di surga bagi orang-orang yang mengimaninya, dan memberi peringatan akan siksa neraka dan bencana kiamat. Hanya saja, kitab-kitab ini mengalami banyak perubahan, dan nas-nasnya yang mengungkapkan hari akhir banyak yang hilang.

1. Dalam kitab Taurat, yang dinisbahkan kepada Nabi Musa as. kitab hanya menemukan satu nas yang secara jelas menyebut hari kiamat, yaitu dalah Taurat Samaritan. Sedangkan dalam Taurat Ibrani, nasnya mengandung dua arti. Dalam kitab Deotoronomy, bab 32 (34-35) dari Taurat Samaritan, dinyatakan, “Bukanlah ia terkumpul di sisi-Ku dan tersegel di dalam perbendaharaan-Ku, sampai hari pembalasan dan pengganjaran, pada waktu kaki-kaki mereka tergelincir.”
Nas dalam Taurat Ibrani berbunyi, “Bukankah itu terkumpul di sisi-Ku dan tersegel di dalam pembendaharaan-Ku. Adalah hak-Ku menghukum dan membalas pada waktu kaki-kaki mereka tergelincir.”
Nas Taurat Samaritan menunjukkan bahwa keputusan itu terjadi pada hari kiamat, yang dinamakannya ‘hari pembalasan dan pengganjaran’. Nas Taurat Ibrani, sebaliknya, memungkinkan hukuman iu terjadi di dunia, di samping mungkin pula di akhirat. Karena itu golongan Yahudi Shaduqiyyin, yang hanya beriman pada Taurat Ibrani, tidak percaya akan adanya kebangkitan, karena tidak ada dalil yang menunjukka akan hal itu.
Adapun kitab-kitab para nabi yang lain dalam Taurat, di dalamnya terdapat beberapa nas yang menyebutkan dengan jelas soal kebangkitan, begitu pula kitab-kitab dalam Injil.

2. Dalam kitab Daniel, “Banyak orang-orang yang tidur di bawah tanah itu bangkit, sebagian menuju kehidupan abadi dan sebagian menuju kemelaratan dan kehinaan abadi.”

3. Dalam kitab Mazmur disebutkan tentang penggiringan ke neraka, “Mereka digiring ke neraka bagaikan kambing; kematian menyentuh mereka, dini hari mereka dipandu oleh orang-orang yang lurus, rupa mereka lusung, dan jurang yang sangat dalam adalah tempat tinggal mereka.”

4. Dalam Injil Laukas terdapat isyrat tentag azab kubur. Dalam kitab itu dikatakan, “Orang kaya itu mati dan dikubur, lalu ia bangun di dalam jurang yang sangat dalam dan ia berada dalam siksaan.” Orang yang dikubur itu termasuk pendosa. Ia berada dalam azab dan ia melihat tempatnya di neraka. Jurang yang sangat dalam itu neraka.

5. Dalam Injil Matius, “Bila satu tangamu atau satu kakimu menyebabkan kamu jatuh, potonglah dan buang jauh-jauh. Lebih baik kamu hidup pincang atau bunting daripada mempunyai dua tangan atau dua kaki tetapi jatuh ke dalam neraka abadi.”

Salah satu kitab yang berbicara tentang surga dan neraka adalah Injil Barnabas. Kitab ini membicarakan penduduk surga, bahwa mereka makan dan minum, tetapi tidak buang air kecil maupun besar, karena makanan dan minuman mereka tidak mengandung keburukan sama sekali. Namun, kaum Nasrani tidak mempercayai Injil yang baru muncul belakangan di zaman kita ini.
Sebagian kaum Yahudi mengimani kebangkitan. Mereka ini golongan Kitbah. Golongan lain, yaitu Shaduqiyyin, tidak mengimani kebangkitan dan kekelan di surga dan neraka. Injil Matius, ketika menceritakan kelompok yang tidak mempercayai kiamat, yang mendatangi dan mendebat Nabi Isa as. mengatakan, “Pada hari itu datang kepadanya Shaduqiyyin, yaitu orang-orang yang mengatakan tidak ada kiamat.” Isa as. pernah menjawab salah seorang muridnya yang mengatakan, “Apakah jasad kita masuk surga?” Isa as. berkata kepada murindnya itu, “Hati-hati Peter, jangan sampai kamu termasuk Shaduqiyyin, karena mereka mengatakan bahwa jasad tidak bangkit dan malaikat tidak ada. Karena itu, jasad dan roh mereka haram masuk ke surga.”
Kaum Nasrani percaya bahwa yang merasakan nikmat atau siksaan di hari kiamat adalah roh saja. Sebagian orang yang mengaku muslim, yaitu para filosof dan penganut aliran kebatinan yang sesat, sependapat dengan mereka. [Sumber: Ensiklopedia Kiamat/ Karya: Dr. Umar Sulayman al-Asykar/Penerbit: Serambi]

Read More
// //

Waspadai Dukun Bersorban

Tentang kemungkinan apakah team itu melihat jin yang berada di setiap rumah yang dikunjungi, sebelumnya perlu diketahui bahwa pada asalnya jin itu tidak bisa dilihat mata. Ibnu Uqail rahimahulah menyebutkan: ‘Tiada dikatakan ‘jin’ melainkan karena sifatnya yang istijnan yakni istitar (terhalang) dari pandangan mata.’ Pendapat tersebut sejalan dengan firman Allah:

“Sesungguhnya ia (iblis) dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka.” (QS Al-A’raf 27)

Ada perbedaan pendapat dikalangan para ulama, apakah jin memungkinkan untuk dilihat manusia ataukah tidak. Imam Safi’I termasuk yang berpendapat tidak mungkin dengan dasar ayat di atas, seperti yang beliau katakana: “barangsiapa mengklaim bahwa dirinya dapat melihat jin, maka kami menganggap syahadatnya batal, kecuali jika dia seorang nabi.”

Jika benar pendapat Imam Syafi’I ini, maka yang beliau maksud adalah melihat jin dalam wujud yang asli, sedangkan melihat jin dalam bentuk tasyakkul (malih rupa) itu memungkinkan dalam kondisi tertentu. Seperti dijelaskan Ibnu Hajar ketika mengomentari pendapat Imam Syafi’I, “Yang beliau katakana ini sangat mungkin bagi orang yang mengklaim melihat jin dalam bentuk aslinya sebagaimana dia diciptakan. Sedangkan orang-orang yang melihat jin dalam bentuk yang telah melakukan penyerupaan dalam bentuk hewan misalnya, maka hal itu tidak mengapa. Karena berbagai riwayat telah menyebutkan tentang tasyakkul jin.” Jin (meski dalam bentuk tasyakkul) bisa dilihat dalam tiga kondisi.

Pertama, jin menampakkan diri atas kemauannya sendiri. Seperti setan yang menampakkan diri dalam wujud Suraqah bin Malik bin Ju-stam ketika perang badar, juga sahabat anshor yang bertemu dengan ular  di ranjang yang ternyata adalah jin, keduannya bergulat hingga semuanya mati dan tidak diketahui mana yang lebih dulu mati, seperti yang diriwayatkan oleh Abu Sa’id Al-Khurdi dalam shahih Muslim.

Kedua, dengan mantera, ritual syirik atau diminumi air mantera. Hal ini seperti yang dilakukan oleh orang-orang yang memiliki khadam dari golongan jin. Dia bisa memanggil maupun melihat jin yang menjadi piaraannya meski dalam wujud yang bukan wujud aslinya

Ketiga, orang yang kesurupan terkadang melihat jin. Dari ketiga kemungkinan tersebut, yang paling dekat dengan aksi para pemburu hantu adalah yang kedua, wallahu a’lam. Karena dia (mengaku) bisa melihat jin, sehingga mampu memagarinya dengan ‘pagar gaib’ agar jin tidak kabur . tetapi, tidak mungkin seseorang mengetahui yang gaib di segala tempat yang diinginkannya, karena Allah berfirman,

“(Dialah Allah) Yang Mengetahui yang gaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang gaib itu. Kecuali kepada Rasul yang diridhainya, maka sesungguhnya Dia mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan di belakangnya.” (QS Al-Jin 26-27)

Untuk itulah para ulama menyebutkan bahwa di antara yang disebut sebagai thaghut adalah mereka yang mengaku melihat yang gaib.

Yang aneh, bejibun orang ngantri untuk melakukan pembuktian gaib. Yakni dengan cara menyediakan dirinya sebagai mediator, jasad yang dirasuki oleh jin. Mengherankan, mengapa orang banyak menyediakan diri sebagai orang yang dirasuki setan. Padahal Nabi banyak mengajarkan kepada kita kiat untuk mencegah diri dari gangguan setan. Orang yang bersedia dijadikan mediator sama saja menyetujui tindakan orang yang mengundang jin untuk masuk ke jasadnya. Sedangkan jin diundang dengan mantra-mantra syirik (meski dicampur dengan ayat-ayat Al-Qur’an), atau ada unsure berdo’a kepadanya. Karena pengertian do’a adalah memohon kepada pihak lain yang gaib. Padahal do’a adalah ibadah, barangsiapa yang mengalamatkan kepada selain Allah berarti dia telah melakukan syirik.

Di sisi lain, orang yang rela dijadikan mediator tawakalnya kepada orang yang memasukkan jin ke jasadnya. Yakni dia yakin bahwa si paranormal kuasa menyembuhkan dia dari kesurupan sebagaimana dia mampu mengundang jin dan memasukkan ke tubuhnya. Dan aksi memasukkan setan ke dalam tubuh manusia hanya dilakukan oleh dukun dan tukang sihir, tak satupun ulama Islam apalagi Nabi, sahabat, tabi’in maupun imam empat madzhab yang pernah melakukannya. []
______________
Diasuh oleh Oleh: Yudhistira Adi Maulana, Penggagas rumah sehat Bekam Ruqyah Centre Purwakarta yang berasaskan pengobatan Thibbunnabawi. Alamat: Jl. Veteran No. 106, Kebon Kolot Purwakarta, Jawa Barat, Telf. 0264-205794. Untuk pertanyaan bisa melalui SMS 0817 920 7630 atau PIN BB  26A D4A 15.
Read More

Rabu, 07 Januari 2015

// //

Apa Itu Buhul-buhul ?

Katakanlah, Aku berlindung kepada Rabb Yang menguasai Shubuh, dari kejahatan mahluk-Nya, dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita, dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus buhul-buhul dan dari kejahatan orang-orang yang dengki apabila ia dengki”. [Al-Falaq: 1-5]

DALAM surat Al-Falaq di atas disebutkan dalam ayat ke empat tentang permohonan perlindungan kepada Allah SWT dari kejahatan wanita tukang sihir yang menghembus buhul-buhul. Apa itu buhul-buhul ?
Buhul adalah benang halus/tali penghubung/ikatan berupa kabel ghoib yang menghubungkan antara benda sihir (jimat, tumbal,boneka vodo dll) sebagai pusat transmisi yang terhubung dengan target yang saling mengikat satu sama lainnya. Benda sihir yang diikat sering juga langsung disebut sebagai buhul.
Pada Surat Al-Falaq Al-Qurthubi mengemukakan: “Dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul, yakni tukang-tukang sihir wanita yang menghembuskan pada buhul-buhul pada saat membaca mantra”. [Tafsir al-Qurthubi (XX/257)]

Ketika tulang sihir menggunakan sarana boneka sihir/tumbal/jimat dengan ditempel foto/bagian tubuh seseorang sebagai target, yang akan disihir lalu mengucap mantra sihir dan  mengembuskan mantra itu ke benda sihir. Maka kerajaan jin mengutus pasukannya (jin) yang menanamkan kabel transmisi yang berawal dari benda sihir yang terhubung langsung ke target. Biasanya kabel transmisi sihir ini dibawa oleh pasukan jin lalu pasukan jin itu masuk kedalam tubuh manusia dan mengikatkan kabel sihir ini kebagian tubuh tertentu. Jika ingin menguasai dan menyakiti seluruh tubuh manusia biasanya diikat masuk keubun-ubun dan terkunci diotaknya, setiap buhul yang terhubung ada khodam penjaganya, jika kabel sihir tertancap dikepala maka didalam otak target ada khodam jin penjaga yang bertugas sebagai operator untuk menjaga transmissi gelombang sihir agar sempurna menyakiti target (biasanya khodam inipun diikat dengan buhul juga oleh pimpinan mereka agar tidak kabur dan bisa tetap menjadi operator sihir).

Ketika buhul sihir sudah sempurna terpasang maka tukang sihir bisa melakukan sihirnya seperti menusuk dengan jarum diperut maka target akan merasa sangat sakit diperutnya, perasaan sakit ini akibat stimulasi rangsang sakit dibagian otak target direkayasa hingga otak tanpa sebab yang jelas melalui syaraf neurotransmitter mengirimkan sinyal rasa sakit kebagian tubuhnya sendiri.

Kabel sihir ini adalah semacam satelit yang akan memudahkan orang yang mengerahkan sihir mengendalikan media tersebut sesuai dengan keinginannya. Sihir jenis ini ibarat sebuah stasiun radio atau telefisi, yang akan bekerja sesuai dengan siaran dari stasiun itu sendiri. Radio atau televise ini akan terus berfungsi manakala “Stasiun pemancar” tetap ada.

Metode syar’i yang bisa digunakan untuk menyembuhkan seseorang dari pengaruh sihir adalah sebagaimana yang telah disebutkan oleh Al ‘alamah Ibnul Qoyyim. Beliau berkata: “Dan telah diriwiyatkan dari Nabi tentang cara penyembuhan bagi seseorang yang telah terkena sihir. Cara tersebut ada dua macam.
Salah satunya, dan cara ini adalah yang paling utama yaitu menemukan atau mengeluarkan buhul-buhul sihir dan menghancurkannya. Sebagaimana telah shohih dari Nabi ketika beliau terkena sihir, beliau meminta kepada Allah agar diperlihatkan tempat buhul-buhul sihir itu. Maka Allah mengabulkan permohonan beliau. Lalu beliau mengeluarkan buhul-buhul sihir itu dari dalam sumur. Maka ketika buhul-buhul itu telah dikeluarkan, maka hilanglah pengaruh sihir pada diri Nabi, seakan-akan dilepaskan tali dari (ikatan) simpulnya.”

Sampai kemudian Ibnul Qoyyim mengatakan, “dan termasuk langkah penyembuhan yang paling bermanfaat dalam menghilangkan sihir adalah dengan pengobatan ilahiyah berupa dzikir-dzikir, membaca ayat-ayat Qur’an dan do’a-do’a yang disyariatkan.

Ini adalah cara kedua untuk menyembuhkan seseorang dari pengaruh sihir yaitu dengan do’a-do’a yang disyariatkan, membaca Al Qur’an kepada orang yang terkena sihir (ruqyah),yaitu dengan membaca surat Al fatihah, surat Al Ikhlash, surat An Naas, surat Al Falaq, dan surat-surat yang lain, dan meniupkan dengan air ludah yang sangat sedikit (bukan meludah) kepada orang yang diruqyah. Dengan izin Allah SWT pengaruh sihir itu akan hilang.

[ds/islampos/metafisis]
Read More

Senin, 05 Januari 2015

// //

Mandi Junub, Tak Wajib Pakai Shampo

DI lingkungan kita sekarang ini, mandi junub atau mandi besar identik dengan keramas alias mandi dengan membasahi rambut dan menggunakan shampoo. Istilahnya adalah ‘keramas’.
Sehingga pada masa berikutnya istilah itu mengalami pergeseran makna menjadi cuci rambut dengan menggunakan cairan pembersih (shampo). Pergeseran makna seperti inilah yang barangkali melahirkan sedikit kerancuan, sehingga perlu diluruskan kembali.

Pendeknya, yang dinamakan mandi janabah hanyalah niat dan meratakan air ke seluruh tubuh. Hanya air dan tidak perlu dengan shampo atau cairan pembersih apapun.
Aisyah ra. berkata: Ketika mandi janabah, Nabi SAW memulainya dengan mencuci kedua tangannya, kemudian ia menumpahkan air dari tangan kanannya ke tangan kiri lalu ia mencuci kemaluannya kemudia berwudku seperti wudhu` orang shalat. Kemudian beliau mengambil air lalu memasukan jari-jari tangannya ke sela-sela rambutnya, dan apabila ia yakin semua kulit kepalanya telah basah beliau menyirami kepalnya 3 kali, kemudia beliau membersihkan seluruh tubhnya dengan air kemudia diakhir beliau mencuci kakinya. (HR Bukhari/248 dan Muslim/316).
Jadi berdasarkan hadist di atas, kita bisa mengurutkan tata cara mandi junub sebagai berikut:
  1. Mencuci kedua tangan dengan tanah atau sabun lalu mencucinya sebelum dimasukan ke wajan tempat air
  2. Menumpahkan air dari tangan kanan ke tangan kiri
  3. Mencuci kemaluan dan dubur.
  4. Najis-nsjis dibersihkan
  5. Berwudhu sebagaimana untuk sholat dan menurut jumhur disunnahkan untuk mengakhirkan mencuci kedua kaki
  6. Memasukan jari-jari tangan yang basah dengan air ke sela-sela rambut, sampai ia yakin bahwa kulit kepalanya telah menjadi basah
  7. Menyiram kepala dengan 3 kali siraman
  8. Membersihkan seluruh anggota badan
  9. Mencuci kaki
[Disarikan dari tulisan Ust. Ahmad Syarwat]
Read More

Minggu, 04 Januari 2015

// //

Anjuran Saling Mendoakan

Apabila seorang muslim mendoakan kebaikan untuk saudaranya (sesama muslim) yang berjauhan, maka malaikat mendoakan (orang yang berdoa) pula"...

Sesama muslim seyogyanya saling mendoakan agar saudara kita senantiasa dalam kebaikan dan keselamatan baik di dunia maupun di akhirat kelak. Orang yang mendoakan saudaranya, mendapat balasan didoakan oleh malaikat. Muhammad Rosulullah saw. bersabda, "Apabila seorang muslim mendoakan kebaikan untuk saudaranya (sesama muslim) yang berjauhan, maka malaikat mendoakan (orang yang berdoa) pula: ’Semoga engkau memperoleh kebaikan juga’/’ (HR. Muslim dari Abu Darda’ ra.)

Nabi Muhammad saw. sendiri pernah minta didoakan oleh Umar bin Khoththob ra. Diriwayatkan dalam hadits, suatu ketika Umar ra meminta izin kepada Rosulullah saw. untuk pergi mengerjakan umroh. Beliau mengizinkannya seraya bersabda, "Wahai saudaraku, janganlah engkau lupakan kami dalam doamu.’’ Menanggapi permintaan Nabi saw. tersebut, Umar berkomentar, “Itu adalah suatu ungkapan yang sangat menggembirakan saya. Dan ungkapan itu lebih berharga bagiku daripada dunia." (HR. Abu Dawud dan Tirmizi)
DOA UNTUK ALMARHUM/ALMARHUMAH
Bagaimana dengan doa kita untuk teman-teman kita yang sudah meninggal dunia ? Diterima atau ditolakkah ? 

Percayalah doa kita yang berisi memohonkan ampunan kepada teman-teman kita yang telah meninggal dunia, isya Allah diterima oleh Allah SWT. Dasarnya sudah jelas. Bukankah sholat-sholat jenazah atau sholat gaib yang kita lakukan itu berisi bacaan doa kepada Allah SWT memohonkan ampunan bagi si mayat. Memo­honkan kebaikan buat si mayat baik di alam kuburnya, maupun di akhirat kelak.
 
Masih mau bukti? Bukankah kalau kita ziarah kubur, di­contohkan oleh Muhammad Rosulullah saw. mendoakan para ahli kubur di pemakaman yang kita kunjungi. Nabi saw. sering mengajarkan kepada para sahabat agar jika berziarah kubur mengucapkan: "Assalaamu ’alaikum ahlad diyaari minal mukmi- niina wal muslimiina wa innaa insyaa Allaahu bikum Laachiquun. As Alullaaha lanaa walakumul ’aafiyah (Salam sejahtera semoga terlimpahkan atas kalian wahai penghuni perkampungan orang- orang mukmin dan muslim, dan kami insya Allah akan menyusul kalian. Semoga Allah melimpahkan keselamatan kepada kami dan kepada kalian." (HR. Muslim dari Buroidah ra.)
 
Jika doa kita untuk orang lain yang telah meninggal dunia tidak sampai kepadanya, lalu buat apa Nabi Muhammad Rosulullah saw. mengajarkan bacaan semacam itu kepada para sahabatnya jika berziarah kubur? Bukankah bacaan di atas berisi doa untuk orang mati. 

Jadi sebaiknya umat Islam harus bersikap kritis kepada para ustadz-ustadznya. Tanyakan kepada mereka dalil-dalilnya dan alasan-alasannya jika mereka mengeluarkan ceramah yang bertentangan dengan hadits yang sudah dijadikan kebiasaan oleh ulama terdahulu (salaf). Selain bertanya langsung, sebaiknya saudara juga menyempatkan diri membaca buku-buku tentang ajaran Islam, terutama terjemahan Al-Qur’an dan hadits-hadits yang shohih. Agar saudara tidak hanya ikut-ikutan, namun juga menjadi filter.

Abatasa.co.id
Read More

Jumat, 02 Januari 2015

// //

Berdasarkan Pendapat Ahli Sejarah, Ini Awal Mula Perayaan Maulid Nabi

Oleh: Maulana Suryana Akbar, Mahasantri Ulil Albab, Universitas Ibnu Khaldun Bogor

BULAN Rabiul Awwal merupakan bulan di mana nabi yang paling agung, nabi yang membawa risalah terakhir dilahirkan. Hampir sebagian umat Islam khususnya di Indonesia merayakan hari lahirnya sang pembawa cahaya, yang mengeluarkan umatnya dari zaman kegelapan hingga zaman terang benderang.

Kebanyakan umat Islam merayakannya sebagai ungkapan rasa syukur dan rasa cinta yang begitu besar kepada Nabi SAW. Namun, yang perlu kita ketahui pernahkah generasi awal merayakan maulid nabi. Yang sudah tentu kita tahu, bahwa generasi awal (salafussholeh) adalah generasi yang paling dekat dengan Nabi SAW. Dan mereka yang paling tahu apa yang diingikan Nabi SAW. Karena meraka selalu hidup berdampingan dengan nabi sepanjang hayatnya.

Oleh karena itu, kita dituntut untuk tahu sejarah awal mula dirayakannya maulid Nabi SAW. Karena sesuatu perkerjaan yang tidak didasarkan atas ilmu maka akan sia sia. Sebagaimana Rasullah bersabda:

“من عمل عملا ليس عليه أمرنا فهو رد”

“Barangsiapa yang melakukan suatu perbuatan yang tidak ada perintahnya dari kami, maka perbuatan tersebut tertolak,” (HR. Muslim).

Ada beberapa pendapat tentang asal mula maulid Nabi SAW. Pendapat pertama mengatakan bahwa Sholahuddin Al Ayubi yang pertama kali memulai perayaan maulid karena melihat kondisi muslimin pada waktu itu semakin jauh dengan sunah-sunah Rasullah SAW. Sedangkan para tentara salibis setiap saat siap untuk menyerang pasukan muslimin dalam sekali hantaman. Dan dengan ijtihad beliau mengadakan maulid Nabi SAW agar menumbuhkan sunah-sunah yang mulai memudar dari tubuh muslimin dan semangat juang dalam menegakkan kalimatullah.

Sedangkan pendapat kedua para ahli sejarah seperti Ibn Khallikan, Sibth Ibn al-Jauzi, Ibn Kathir, al-Hafizh al-Sakhawi, al-Hafizh al-Suyuthi dan lainnya telah bersepakat menyatakan bahwa orang yang pertama kali mengadakan peringatan maulid adalah Sultan al-Muzhaffar, bukan Shalahuddin al-Ayyubi.
Sebagaimana yang ditulis oleh ibn Khallikan dalam kitabnya Wafayat Al-A`yan menceritakan bahwa Al-Imam Al-Hafizh Ibn Dihyah datang dari Maroko menuju Syam dan seterusnya ke Irak. Ketika melintasi daerah Irbil pada tahun 604 Hijriah, beliau mendapati Sultan Al-Muzhaffar, raja Irbil tersebut sangat besar perhatiannya terhadap perayaan Maulid Nabi.

Imam Suyuthi dalam kitabnya Husn Al-Maqosid fi Amal Al-Maulid menerangkan bahwa orang yang pertama kali menyelenggarakan maulid Nabi adalah Sultan Al-Muzhaffar, penguasa dari negeri Irbil yang terkenal loyal dan berdedikasi tinggi. Mudzorofah pernah menghadiahkan sepuluh ribu dinar kepada Syekh Abu Al-Khatib Ibnu Dihyah yang telah berhasil menyusun sebuah buku riwayat hidup dan risalah Rasulullah dengan judul At-Tanwir fi Maulid Al-Basyir Al-Nazir.

Pada masa Abbasiyah, sekitar abad kedua belas masehi, perayaan maulid Nabi dilaksanakan secara resmi yang dibiayai dan difasilitasi oleh khalifah dengan mengundang penguasa lokal. Acara itu diisi dengan puji-pujian dan uraian maulid Nabi, serta dilangsungkan dengan pawai akbar mengelilingi kota diiringi pasukan berkuda dan angkatan bersenjata.

Sedangkan pendapat yang ketiga para ahli sejarah seperti Al Maqriziy serta mufti mesir Asy Syaikh Bakhit Al Muti’iy dan juga Asy Syaikh ‘Ali Mahfuzh mengatakan bahwa kelompok yang pertama kali mengadakan maulid Nabi SAW adalah Firqoh sesat Syiah Ubaidiyyun pada dinasti fatimiyah sebagaimana yang beliau tuliskan pada kitabnya Al Ibda’ fi Madhoril Ibtida’.

Dari beberapa pendapat kita dapat menyimpulkan bahwa perayaan maulid tidak dilaksanakan di masa Rasulullah dan sahabatnya. Tidak juga di masa tabi’in, tabi’ut tabi’in dan empat Imam Madzhab (Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi’i dan Imam Ahmad), padahal mereka adalah orang-orang yang sangat cinta dan mengagungkan Nabinya. Dan sebaliknya bahwa perayaan maulid baru dimulai pada masa mamalik (kerajaan) sekitar abad ke-7 Hijriyah di saat firqoh-firqoh sesat subur berkembang di masa itu. Wallahu a’lam. []
Read More