Bolehkah shalat berdua dg wanita teman kampus di musolah jurusan?. Krn pas waktu shalat, ada teman akhwat yang mengajak jamaah.
Jawab:
Bismillah was shalatu was salamu ‘ala rasulillah, amma ba’du,
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَا يَخْلُوَنَّ رَجُلٌ بِامْرَأَةٍ إِلَّا وَمَعَهَا ذُو مَحْرَمٍ
”Jangan sampai seorang lelaki berdua-duaan dengan seorang perempuan, kecuali dia ditemani mahramnya.” (HR. Bukhari 5233 dan Muslim 1341).
Kemudian dari Umar radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَا يَخْلُوَنَّ رَجُلٌ بِامْرَأَةٍ إِلَّا كَانَ ثَالِثَهُمَا الشَّيْطَانُ
”Jangan sampai seorang lelaki berdua-duaan dengan seorang perempuan. Jika terjadi makhluk ketiganya adalah setan.” (HR. Ahmad 177, Turmudzi 2165, dan dishahihkan Syuaib al-Arnauth).
Abu Ishaq as-Syaerozi – ulama syafiiyah – (w. 476 H.) menyatakan,
ويكره أن يصلي الرجل بامرأة أجنبية ; لما روي أن النبي قال : لا يخلون رجل بامرأة فإن ثالثهما الشيطان
Makruh (tahrim) seorang laki-laki shalat mengimami seorang wanita
yang bukan mahram. Berdasarkan hadis yang diriwayatkan dari Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwa beliau bersabda, ”Jangan sampai
seorang lelaki berdua-duaan dengan seorang perempuan. Jika terjadi
makhluk ketiganya adalah setan.” (al-Muhadzab, 1/183).
Penjelasan an-Nawawi dalam al-Majmu’ Syarh al-Muhadzab,
المراد بالكراهة كراهة تحريم هذا إذا خلا بها: قال أصحابنا
إذا أم الرجل بامرأته أو محرم له وخلا بها جاز بلا كراهة لأنه يباح له
الخلوة بها في غير الصلاة وإن أم بأجنبية وخلا بها حرم ذلك عليه وعليها
للأحاديث الصحيحة
Yang dimaksud makruh dari keterangan beliau adalah makruh tahrim
(artinya: haram). Ini jika lelaki itu berduaan dengan seorang perempuan.
Para ulama madzhab Syafii mengatakan, apabila seorang lelaki mengimami
istrinya atau mahramnya, dan berduaan dengannya, hukumnya boleh dan
tidak makruh. Karena boleh berduaan dengan istri atau mahram di luar
shalat. Namun jika dia mengimami wanita yang bukan mahram dan berduaan
dengannya, hukumnya haram bagi lelaki itu dan haram pula bagi si wanita.
(al-Majmu’ Syarh al-Muhadzab, 4/277).
Bahkan an-Nawawi juga menyebutkan keterangan dari Imam as-Syafii,
bahwa beliau mengharamkan seorang laki-laki sendirian, mengimami jamaah
wanita, sementara di antara jamaah itu, tidak ada seorangpun lelaki.
Kata an-Nawawi,
ونقل إمام الحرمين وصاحب العدة.. أن الشافعي نص على أنه
يحرم أن يصلي الرجل بنساء منفردات إلا أن يكون فيهن محرم له أو زوجة وقطع
بانه يحرم خلوة رجل بنسوة إلا أن يكون له فيهن محرم
Imamul Haramain dan penulis kitab al-Uddah.., bahwa Imam as-Syafii
menegaskan, haramnya seorang laki-laki mengimami jamaah beberapa wanita
tanpa lelaki yang lain. Kecuali jika ada diantara jamaah wanita itu yang
menjadi mahram si imam atau istrinya. Beliau juga menegaskan, bahwa
terlarang seorang lelaki berada sendirian di tengah para wanita, kecuali
jika di antara mereka ada wanita mahram lelaki itu. (al-Majmu’ Syarh
al-Muhadzab, 4/278).
Mengapa Diharamkan?
Sekalipun dalam kondisi ibadah, kita diperintahkan untuk menghindari segala bentuk fitnah. Tak terkecuali fitnah syahwat.
Dalam Syarh Zadul Mustaqni’, Syaikh as-Syinqithy menjelaskan,
وإذا خلا بأجنبية فإنه منهي عن هذه الخلوة لقوله عليه
الصلاة والسلام: ما خلا رجلٌ بامرأة إلا كان الشيطان ثالثهما، وقال: (ألا
لا يخلون رجلٌ بامرأة) فهذا نهي، قالوا: وبناءً على ذلك لا يصلي الرجل
الأجنبي بالمرأة الأجنبية على خلوة؛ لأنه قد يخرج عن مقصود الصلاة إلى
الفتنة
Apabila seseorang berdua-duaan dengan seorang wanita yang bukan mahram, hukumnya terlarang. Berdasarkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
’Jika seorang lelaki berduaan dengan wanita, maka setan yang
ketiganya.’ Beliau juga bersabda, ’Janganlah seorang lelaki berduaan
dengan seorang wanita.’ Ini larangan. Para ulama mengatakan, berdasarkan
hal ini, tidak boleh seorang lelaki mengimami shalat dengan wanita yang
bukan mahram, secara berdua-duaan. Karena bisa jadi keluar dari tujuan
utama yaitu shalat, menjadi sumber fitnah syahwat. (Syarh Zadul
Mustaqni’, 3/149).
Hal yang sama juga disampaikan Imam Ibnu Utsaimin,
إذا خَلا بها فإنَّه يحرُمُ عليه أن يَؤمَّها ؛ لأنَّ ما أفضى إلى المُحَرَّمِ فهو محرَّمٌ
Apabila seorang lelaki berduaan dengan wanita yang bukan mahram, maka
haram baginya untuk menjadi imam bagi wanita itu. Karena segala yang
bisa mengantarkan kepada yang haram, hukumnya haram. (as-Syarh
al-Mumthi’, 4/251).
Kesimpulan:
- Landasan Imam as-Syafii menilai haram model jamaah semacam ini adalah hadis larangan berdua-dua-an dengan wanita yang BUKAN MAHRAM.
- Yang dihukumi haram adalah kondisi berdua-duaan, yang itu terlarang secara syariat. Jika terjadi jamaah 2 orang lelaki dan perempuan, namun tidak berdua-an, karena di sekitarnya ada beberapa orang yang juga berada di masjid, tidak masalah.
- Jika seseorang hendak berjamaah dengan wanita, dia bisa kondisikan, jangan sampai terjadi seperti yang disebutkan dalam artikel. Jika tidak memungkinkan, maka bisa shalat bergantian.
- Mengingatkan kesalahan yang dilakukan masyarakat, bagian dari amar makruf nahi munkar. Selama ada landasannya, itu dibenarkan, sekalipun orang bodoh menolaknya
Allahu a’lam.
Dijawab oleh ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina KonsultasiSyariah.com)