TERKADANG muncul dalam persepsi bahwa orang yang istiqamah adalah
orang yang konsisten dalam kebenaran dan tidak pernah sekalipun
terjerumus dalam lubang kenistaan. Padahal sesungguhnya manusia tetaplah
manusia, kendatipun takwanya ia. Ia pasti pernah berbuat kekeliruan
ataupun kesalahan. Oleh karenanya, untuk menyelesaikan masalah ini,
dalam salah satu ayat-Nya di dalam Al-qur’an, Allah SWT menggandeng
antara istiqamah dengan istighfar kepada Allah SWT, yaitu sebagaimana
yang terdapat dalam (QS. Fushilat: 41: 6).
“Katakanlah: Bahwasannya aku hanyalah seorang manusia seperti kamu,
diwahyukan kepadaku bahwasannya Allah SWT adalah Allah SWT Yang Maha
Esa, maka tetaplah pada jalan yang lurus menuju kepada-Nya. Serta
kecelakaan yang yang besarlah bagi orang-orang yang mempersatukan
(Nya).”
Ayat di atas menggambarkan, bahwa setiap insan pasti pernah melakukan
satu kelalaian atau kesalahan, tanpa terkecuali siapapun dia. Oleh
karenanya, seorang muslim yang baik adalah yang senantiasa introspeksi
diri terhadap segala kekurangan dan kesalahan-kesalahannya, untuk
kemudian berusaha memperbaikinya dengan terlebih dahulu beristighfar dan
bertaubat memohon ampunan kepada Allah SWT.
Terlebih ketika mengarungi jalan dakwah yang penuh lubang dan duri,
serta masafah (baca; jarak tempuh) yang seolah bagaikan tautan tiada
bertepi. Di sana manusia-manusia yang beragam asal-usulnya, berbeda
latar belakangnya; baik dalam keilmuan, pengalaman, cara pandang dan
lain sebaganya. Tentulah hal ini memerlukan keistiqamahan dalam
mengarunginya. Karena benturan, perbedaan ataupun kesilapan diantara
sesama sktivis dakwah pasti terjadi.
Mustahil jika manusia sebanyak itu tidak pernah saling salah paham.
Sedangkan suami istri yang telah diikat dengan kalimatullah, hidup
bersama siang dan malam, pagi dan sore, masih memiliki
perbedaan-perbedaan yang sulit dihindarkan. Apa lagi bagi sebuah
kelompok besar yang masing-masing memiliki interest tersendiri. Namun
yang lebih penting adalah, pasca kesalahan tersebut, apa yang ia perbuat
kemudian? Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda: “Semua anak
cucu Adam as berbuat kesalahan. Dan sebaik-baik orang yang berbuat
salah, adalah mereka-mereka yang bertaubat,” (HR. Tirmidzi).
Para ulama mengemukakan bahwa proses perbaikan diri dari kesalahan
dan kekeliruan yang diperbuat, adalah juga bagian yang tak terpisahkan
dari istiqamah itu sendiri. (Al-Bugha, 1933: 175).
[santi/islampos/Dikutip dari: Saksi/karya:Mashadi]