Sabtu, 10 Januari 2015

// //

Dalil-dalil tentang Kiamat dalam Kitab Yahudi dan Nasrani

TIDAK diragukan lagi bahwa kitab-kitab samawi yang diturunkan Allah SWT, nas-nasnya banyak menyebut hari akhir, membuat orang takut akan hari itu, memberi kabar gembira tentang kenikmatan yang Allah sediakan di surga bagi orang-orang yang mengimaninya, dan memberi peringatan akan siksa neraka dan bencana kiamat. Hanya saja, kitab-kitab ini mengalami banyak perubahan, dan nas-nasnya yang mengungkapkan hari akhir banyak yang hilang.

1. Dalam kitab Taurat, yang dinisbahkan kepada Nabi Musa as. kitab hanya menemukan satu nas yang secara jelas menyebut hari kiamat, yaitu dalah Taurat Samaritan. Sedangkan dalam Taurat Ibrani, nasnya mengandung dua arti. Dalam kitab Deotoronomy, bab 32 (34-35) dari Taurat Samaritan, dinyatakan, “Bukanlah ia terkumpul di sisi-Ku dan tersegel di dalam perbendaharaan-Ku, sampai hari pembalasan dan pengganjaran, pada waktu kaki-kaki mereka tergelincir.”
Nas dalam Taurat Ibrani berbunyi, “Bukankah itu terkumpul di sisi-Ku dan tersegel di dalam pembendaharaan-Ku. Adalah hak-Ku menghukum dan membalas pada waktu kaki-kaki mereka tergelincir.”
Nas Taurat Samaritan menunjukkan bahwa keputusan itu terjadi pada hari kiamat, yang dinamakannya ‘hari pembalasan dan pengganjaran’. Nas Taurat Ibrani, sebaliknya, memungkinkan hukuman iu terjadi di dunia, di samping mungkin pula di akhirat. Karena itu golongan Yahudi Shaduqiyyin, yang hanya beriman pada Taurat Ibrani, tidak percaya akan adanya kebangkitan, karena tidak ada dalil yang menunjukka akan hal itu.
Adapun kitab-kitab para nabi yang lain dalam Taurat, di dalamnya terdapat beberapa nas yang menyebutkan dengan jelas soal kebangkitan, begitu pula kitab-kitab dalam Injil.

2. Dalam kitab Daniel, “Banyak orang-orang yang tidur di bawah tanah itu bangkit, sebagian menuju kehidupan abadi dan sebagian menuju kemelaratan dan kehinaan abadi.”

3. Dalam kitab Mazmur disebutkan tentang penggiringan ke neraka, “Mereka digiring ke neraka bagaikan kambing; kematian menyentuh mereka, dini hari mereka dipandu oleh orang-orang yang lurus, rupa mereka lusung, dan jurang yang sangat dalam adalah tempat tinggal mereka.”

4. Dalam Injil Laukas terdapat isyrat tentag azab kubur. Dalam kitab itu dikatakan, “Orang kaya itu mati dan dikubur, lalu ia bangun di dalam jurang yang sangat dalam dan ia berada dalam siksaan.” Orang yang dikubur itu termasuk pendosa. Ia berada dalam azab dan ia melihat tempatnya di neraka. Jurang yang sangat dalam itu neraka.

5. Dalam Injil Matius, “Bila satu tangamu atau satu kakimu menyebabkan kamu jatuh, potonglah dan buang jauh-jauh. Lebih baik kamu hidup pincang atau bunting daripada mempunyai dua tangan atau dua kaki tetapi jatuh ke dalam neraka abadi.”

Salah satu kitab yang berbicara tentang surga dan neraka adalah Injil Barnabas. Kitab ini membicarakan penduduk surga, bahwa mereka makan dan minum, tetapi tidak buang air kecil maupun besar, karena makanan dan minuman mereka tidak mengandung keburukan sama sekali. Namun, kaum Nasrani tidak mempercayai Injil yang baru muncul belakangan di zaman kita ini.
Sebagian kaum Yahudi mengimani kebangkitan. Mereka ini golongan Kitbah. Golongan lain, yaitu Shaduqiyyin, tidak mengimani kebangkitan dan kekelan di surga dan neraka. Injil Matius, ketika menceritakan kelompok yang tidak mempercayai kiamat, yang mendatangi dan mendebat Nabi Isa as. mengatakan, “Pada hari itu datang kepadanya Shaduqiyyin, yaitu orang-orang yang mengatakan tidak ada kiamat.” Isa as. pernah menjawab salah seorang muridnya yang mengatakan, “Apakah jasad kita masuk surga?” Isa as. berkata kepada murindnya itu, “Hati-hati Peter, jangan sampai kamu termasuk Shaduqiyyin, karena mereka mengatakan bahwa jasad tidak bangkit dan malaikat tidak ada. Karena itu, jasad dan roh mereka haram masuk ke surga.”
Kaum Nasrani percaya bahwa yang merasakan nikmat atau siksaan di hari kiamat adalah roh saja. Sebagian orang yang mengaku muslim, yaitu para filosof dan penganut aliran kebatinan yang sesat, sependapat dengan mereka. [Sumber: Ensiklopedia Kiamat/ Karya: Dr. Umar Sulayman al-Asykar/Penerbit: Serambi]