Tak diragukan lagi pentingnya bahasa Arab bagi umat Islam,
terutama. Ia bahasa al-Qur`an dan Hadis, dua pilar pokok dalam Islam.
Hal yang wajar dan tak bisa disederhanakan, apalagi dituduh arabisme
ketika Imam Syafi`i dalam ar-Risalahnya, Tak
diragukan lagi pentingnya bahasa Arab bagi umat Islam, terutama. Ia
bahasa al-Qur\'an dan Hadis, dua pilar pokok dalam Islam. Hal yang wajar
dan tak bisa disederhanakan, apalagi dituduh arabisme ketika Imam
Syafi\'i dalam ar-Risalahnya, disusul kemudian pengarang kitab yang lagi
digandungi sarjana Islam – Imam Syathibi dalam Muwafaktnya -
mensyaratkan bagi siapa-siapa yang mau berijtihad untuk terlebih dahulu
menguasai ilmu bahasa Arab. Bahasa Arab juga adalah bahasa Ilmu,
terutama keilmuan Islam klasik. Beratus-ratu ribu buku dari berbagai
disiplin ilmu warisan nenek moyang kita memakai bahas Arab.
Keistimewaan lain bahasa Arab, dibanding bahasa-bahasa dunia lainnya,
adanya ikatan kuat dengan agama. Karena kitab suci agama Islam
diturunkan dengan bahasa Arab. Sementara bahasa asli Taurat dan Injil
kini sudah punah.
Pada masanya dulu, tepatnya sebelum Barat memasuki masa renaissance,
berabad-abad lamanya bahasa Arab jadi bahasa dunia. Ia merupakan bahasa
politik, ekonomi, bahkan dunia keilmuan. Ada beberapa sebab yang
membuatnya jadi bahasa peradaban dunia, dimana setiap orang yang
berkeinginan maju, merasa berkewajiban menguasainya. Diantaranya yang
paling penting adalah:
- Adanya
proyek Arabisasi buku-buku administrasi pemerintahan pada masa dinasti
Mu\'awiyah (Khalifah Abd. Malik *685-705 M* dan anaknya al-Walid
*705-710 M*) yang mau tidak mau memaksa para pegawai pemerintahan yang
tak bisa berbahasa Arab untuk belajar bahasa Arab.
- Proyek
terjemahan, terutama buku-buku keilmuan, secara besar-besaran pada masa
dinasti Abasiah (200 H/ 900 M), dari bahasa Yunani, India, Suryani ke
dalam bahasa Arab, yang mengakibatkan orang Islam menjadi bangsa yang
luar biasa kreatif dan kemudian menjadikan Islam sebagai kiblat
keilmuan dan peradaban dunia
Kondisi Bahasa Arab Sekarang
Keadaan
diatas itu terjadi dulu. Kalau kita amati sekarang, kondisinya akan
tampak berbalik. Apalagi sejak memasuki era globalisasi, keadaannya
makin mengkhawatirkan. Bahasa Arab perlahan tapi pasti posisinya mulai
tergusur, dan bahasa Inggris menahbiskan diri sebagai bahasa nomor satu
dunia. Pemasalahannya tidak berhenti sampai di situ. Akibat globalisasi
zaman, dan budaya konsumtif yang tinggi dikalangan negara Arab,
ditambah ledakan informasi, secara sadar atau tidak sadar, mau atau tak
mau, bahasa Inggris meringsek masuk ke dalam sistem-sistem sosial di
kalangan Arab sendiri. Misalnya, dalam bidang pendidikan, banyak
sekolah-sekolah di sana, terutama dalam mata pelajaran eksakta: Kimia,
Fisika, Matematika dan biologi, bukunya menggunakan bahasa Inggris.
Begitu
juga dalam dunia teknologi, kosa kata asing tak kuasa untuk dibendung.
Celakanya kemudian bahasa itu diterima apa adanya, karena secara level
sosial akan dinggap sebagai orang modern. Perubahan kalimat asing hanya
dari sisi tulisan –dari latin ke arab-, bunyi tetap sama: laptop,
mouse, keybord, mobile, oke, dll. Kondisinya tidak seperti abad dua
Hijriah dulu. Walaupun kosa-kata asing banyak bermunculan, tapi tidak
langsung dimakan mentah-mentah. Ada proses yang sangat ketat, dimana
kosa kata asing sedapat mungkin dicarikan kosa kata yang semakna, kalau
tidak ada dilakukan penerjemahan, kemudian kalau masih tak bisa baru
diterima apa adanya.
Dalam
kehidupan sosial juga penggunaan bahasa yang keinggris-inggrisan sedang
digandrungi masyarakat Arab. Kondisi yang sungguh memprihatinkan. Kita
selalu berharap pada lembaga-lembaga kajian bahasa Arab untuk segera
melakukan tindakan-tindakan preventif, misalnya melakukan penerjemahan
kata-kata asing dan melakukan gerakan cinta bahasa Arab, dst.
Kita
tak memungkiri apalagi anti bahasa Inggris, atau bahasa asing lainnya.
Semuanya penting untuk kita pelajari dan kita kuasai! Tapi sikap
toleran itu tidak kemudian menggerus dan meninggalkan bahasa Ibu,
sebagai identitas bangsa yang punya harga diri. Karena fenomena yang
terjadi, penggunaan bahasa asing itu, ada indikasi, lebih sebagai
sebentuk keminderan atas bahasa sendiri. Mereka merasa sebagai orang
\'maju\' ketika menggunakan bahasa asing.
Himbauan kepada lembaga-lembaga kajian bahasa Arab saja
tidak cukup tentunya. \'Serangan\' itu akan terus bertubi-tubi, bahkan
makin dahsyat selama mereka tak mau mencontoh nenek moyangnya dulu,
yaitu menjadi bangsa yang sangat kreatif. Menjadi produsen, bukan konsumtif dan pemalas seperti sekarang ini. Walllahu \'alam