Jumat, 20 Februari 2015

// //

Alasan Klasik Penganut Syiah

Oleh: Ma’mun Afani
Anggota Manajemen Penulis Indonesia

“TIDAKKAH melihat pengungsi Syiah dari Sampang yang sejak 2012 terlantar?” Alasan-alasan seperti ini adalah alasan yang lazim dilontarkan dengan dalih kemanusiaan. Alasan yang sebenarnya sangat mirip seperti dilontarkan para pembela pelacur di lokalisasi, “Kalau lokalisasi dibubarkan mau makan apa keluarga mereka?” Dalihnya lagi-lagi kemanusiaan.

Bila diteliti lebih dalam maka alasan tersebut sebenarnya tidak tepat. Dalam kasus pengungsian penganut Syiah masalah sebenarnya adalah terganggunya penduduk setempat dengan dakwah yang dijalankan oleh penganut Syiah, Tajul Muluk. Artinya penduduk setempat yang terganggu. Maka wajar jika kemudian diusir.
Faktanya detik.com juga melansir bahwa kerusuhan saat itu bermula saat salah seorang masyarakat Sunni terkena bom bondet (untuk mencari ikan) yang berisi gotri yang tertanam di pemukiman, nyawa ketika itu bisa merenggang.

Maka seharusnya dengan alasan kemanusiaan pula justru harus ditanyakan ulang, “Apa Anda hanya diam jika nyawa terancam berulang-ulang?” Oleh sebab itu jangan membalik alasan dengan sengsara di pengungsian karena tidak bisa kembali ke warga sekitar. Apalagi MUI Jawa Timur sudah mengeluarkan fatwa No. Kep-01/SKF-MUI/JTM/I/2012 bahwa Syiah bukanlah Islam, maka kehadirannya yang mengganggu penduduk lebih dari enam tahun tidak bisa ditolelir.

Alasan seperti itu sebenarnya sama saja dengan membalik alasan pelacur, “Kenapa tidak berpikir berapa keluarga yang hancur akibat pelacuran? Berapa anak yang rusak karena hidup di pelacuran? Bagaimana jika Ibu Anda menjadi pelacur?” Oleh sebab itu sepatutnya jangan menggunakan lagi alasan klise tersebut apalagi dengan dasar kemanusiaan. Seharusnya tanyakan hati nurani, “Siapa sebenarnya yang tidak manusiawi?”

Wajar jika kemudian paska penyerangan di Majelis Az-Zikra Ust. Arifin Ilham menyerukan untuk jihad mengingat yang mematik sumbu api adalah penganut Syiah itu sendiri. Oleh sebab itu dalam pernyataannya didahului dengan, “Kami tidak akan berperang kecuali kalau diperangi, sangat biadab masuk ke wilayah kami, menghina kami menginjak-injak kami menculik kami…”

Dari penyampaian tersebut terlihat sangat bijak bahwa seorang muslim akan tetap santun kecuali jika diusik. Maka sangat tidak arif jika hanya melihat kata Jihad yang disuarakan oleh Ust. Arifin Ilham, tapi telusuri mengapa Ust. Arifin Menyuarakan Jihad.

Jika analogi ini diterapkan pada pemasangan spanduk yang mematik emosi dan beralasan, “Jangan salahkan penganut Syiah yang menyerang, tapi salahkan sepanduk yang menolak paham Syiah yang tertempel.” Maka seharusnya penganut Syiah menyadari bahwa spanduk tersebut dalam rangka penegasan sebuah identitas penganut Syiah atau Muslim, terlebih terpampang di masjid Az Zikra yang memang sebagai tempat beribadah umat Islam. spanduk tersebut tak ubahnya seperti menulis, “Kami Islam bukan Kristen”. Ini di wilayah masjid Az Zikra.

Pemasangan spanduk tersebut sebenarnya dilandasi kesadaran bahwa paham Syiah sangat berbahaya, baik dari keberagamaan, maupun keamanan. Dalam Syiah diajarkan bahwa Ahlusunnah adalah Nawasib yang darah dan hartanya halal untuk ditumpahkan. Alasannya tentu saja karena Ahlussunnah mencintai Nabi dan para sahabatnya. Sedangkan para sahabat selain Ali RA. bagi penganut Syiah adalah makhluk yang terkutuk. Pendapat seperti ini sangat mudah ditemukan dalam beragam kitab rujukan Syiah. Oleh sebab itu spanduk tersebut sebenarnya adalah penegasan bahwa kami adalah muslim dan bukan Syiah seperti layaknya dilakukan oleh umat muslim lain di Indonesia.
Read More
// //

Hukum Shalat Jamaah Berdua dengan Wanita yang Bukan Mahram


Bolehkah shalat berdua dg wanita teman kampus di musolah jurusan?. Krn pas waktu shalat, ada teman akhwat yang mengajak jamaah.

Jawab:

Bismillah was shalatu was salamu ‘ala rasulillah, amma ba’du,
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لَا يَخْلُوَنَّ رَجُلٌ بِامْرَأَةٍ إِلَّا وَمَعَهَا ذُو مَحْرَمٍ

”Jangan sampai seorang lelaki berdua-duaan dengan seorang perempuan, kecuali dia ditemani mahramnya.” (HR. Bukhari 5233 dan Muslim 1341).

Kemudian dari Umar radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لَا يَخْلُوَنَّ رَجُلٌ بِامْرَأَةٍ إِلَّا كَانَ ثَالِثَهُمَا الشَّيْطَانُ

”Jangan sampai seorang lelaki berdua-duaan dengan seorang perempuan. Jika terjadi makhluk ketiganya adalah setan.” (HR. Ahmad 177, Turmudzi 2165, dan dishahihkan Syuaib al-Arnauth).

Abu Ishaq as-Syaerozi – ulama syafiiyah – (w. 476 H.) menyatakan,

ويكره أن يصلي الرجل بامرأة أجنبية ; لما روي أن النبي قال : لا يخلون رجل بامرأة فإن ثالثهما الشيطان

Makruh (tahrim) seorang laki-laki shalat mengimami seorang wanita yang bukan mahram. Berdasarkan hadis yang diriwayatkan dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwa beliau bersabda, ”Jangan sampai seorang lelaki berdua-duaan dengan seorang perempuan. Jika terjadi makhluk ketiganya adalah setan.” (al-Muhadzab, 1/183).

Penjelasan an-Nawawi dalam al-Majmu’ Syarh al-Muhadzab,

المراد بالكراهة كراهة تحريم هذا إذا خلا بها: قال أصحابنا إذا أم الرجل بامرأته أو محرم له وخلا بها جاز بلا كراهة لأنه يباح له الخلوة بها في غير الصلاة وإن أم بأجنبية وخلا بها حرم ذلك عليه وعليها للأحاديث الصحيحة

Yang dimaksud makruh dari keterangan beliau adalah makruh tahrim (artinya: haram). Ini jika lelaki itu berduaan dengan seorang perempuan. Para ulama madzhab Syafii mengatakan, apabila seorang lelaki mengimami istrinya atau mahramnya, dan berduaan dengannya, hukumnya boleh dan tidak makruh. Karena boleh berduaan dengan istri atau mahram di luar shalat. Namun jika dia mengimami wanita yang bukan mahram dan berduaan dengannya, hukumnya haram bagi lelaki itu dan haram pula bagi si wanita. (al-Majmu’ Syarh al-Muhadzab, 4/277).

Bahkan an-Nawawi juga menyebutkan keterangan dari Imam as-Syafii, bahwa beliau mengharamkan seorang laki-laki sendirian, mengimami jamaah wanita, sementara di antara jamaah itu, tidak ada seorangpun lelaki. Kata an-Nawawi,

ونقل إمام الحرمين وصاحب العدة.. أن الشافعي نص على أنه يحرم أن يصلي الرجل بنساء منفردات إلا أن يكون فيهن محرم له أو زوجة وقطع بانه يحرم خلوة رجل بنسوة إلا أن يكون له فيهن محرم

Imamul Haramain dan penulis kitab al-Uddah.., bahwa Imam as-Syafii menegaskan, haramnya seorang laki-laki mengimami jamaah beberapa wanita tanpa lelaki yang lain. Kecuali jika ada diantara jamaah wanita itu yang menjadi mahram si imam atau istrinya. Beliau juga menegaskan, bahwa terlarang seorang lelaki berada sendirian di tengah para wanita, kecuali jika di antara mereka ada wanita mahram lelaki itu. (al-Majmu’ Syarh al-Muhadzab, 4/278).

Mengapa Diharamkan?

Sekalipun dalam kondisi ibadah, kita diperintahkan untuk menghindari segala bentuk fitnah. Tak terkecuali fitnah syahwat.

Dalam Syarh Zadul Mustaqni’, Syaikh as-Syinqithy menjelaskan,


وإذا خلا بأجنبية فإنه منهي عن هذه الخلوة لقوله عليه الصلاة والسلام: ما خلا رجلٌ بامرأة إلا كان الشيطان ثالثهما، وقال: (ألا لا يخلون رجلٌ بامرأة) فهذا نهي، قالوا: وبناءً على ذلك لا يصلي الرجل الأجنبي بالمرأة الأجنبية على خلوة؛ لأنه قد يخرج عن مقصود الصلاة إلى الفتنة

Apabila seseorang berdua-duaan dengan seorang wanita yang bukan mahram, hukumnya terlarang. Berdasarkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, ’Jika seorang lelaki berduaan dengan wanita, maka setan yang ketiganya.’ Beliau juga bersabda, ’Janganlah seorang lelaki berduaan dengan seorang wanita.’ Ini larangan. Para ulama mengatakan, berdasarkan hal ini, tidak boleh seorang lelaki mengimami shalat dengan wanita yang bukan mahram, secara berdua-duaan. Karena bisa jadi keluar dari tujuan utama yaitu shalat, menjadi sumber fitnah syahwat. (Syarh Zadul Mustaqni’, 3/149).

Hal yang sama juga disampaikan Imam Ibnu Utsaimin,


إذا خَلا بها فإنَّه يحرُمُ عليه أن يَؤمَّها ؛ لأنَّ ما أفضى إلى المُحَرَّمِ فهو محرَّمٌ


Apabila seorang lelaki berduaan dengan wanita yang bukan mahram, maka haram baginya untuk menjadi imam bagi wanita itu. Karena segala yang bisa mengantarkan kepada yang haram, hukumnya haram. (as-Syarh al-Mumthi’, 4/251).

Kesimpulan:
  1. Landasan Imam as-Syafii menilai haram model jamaah semacam ini adalah hadis larangan berdua-dua-an dengan wanita yang BUKAN MAHRAM.
  2. Yang dihukumi haram adalah kondisi berdua-duaan, yang itu terlarang secara syariat. Jika terjadi jamaah 2 orang lelaki dan perempuan, namun tidak berdua-an, karena di sekitarnya ada beberapa orang yang juga berada di masjid, tidak masalah.
  3. Jika seseorang hendak berjamaah dengan wanita, dia bisa kondisikan, jangan sampai terjadi seperti yang disebutkan dalam artikel. Jika tidak memungkinkan, maka bisa shalat bergantian.
  4. Mengingatkan kesalahan yang dilakukan masyarakat, bagian dari amar makruf nahi munkar. Selama ada landasannya, itu dibenarkan, sekalipun orang bodoh menolaknya
Allahu a’lam.

Dijawab oleh ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina KonsultasiSyariah.com)
Read More

Minggu, 15 Februari 2015

// //

Tidak Bersekutu Dalam Kedzaliman



Suatu ketika dua orang ulama dari kalangan Tabiin (atau mungkin Tabiit-tabiin), Ibnu Thawus dan Malik bin Anas dipanggil untuk menghadap Khalifah Abu Ja’far Al Manshur. Khalifah ke dua dari Daulah Bani Abbasiah ini terkenal dengan kekejamannya dalam menegakkan kekuasaannya, tetapi pada waktu itu ilmu-ilmu keislaman juga mulai berkembang dengan pesatnya, baik itu Fikih, Hadits, Tafsir, dan lain-lainnya. Sebenarnya dua ulama itu kurang senang dengan panggilan tersebut, tetapi mengingat kekejamannya, mereka berdua mendatanginya juga.
Mereka masuk ke majelis al Manshur, dan dipersilahkan duduk pada tempat yang telah disediakan. Ternyata saat itu sang khalifah tengah bersiap mengeksekusi (menghukum mati) seseorang, sang algojo dengan pedang yang terasah tajam siap menerima perintah. Al Manshur tampak terpekur beberapa saat, kemudian menoleh dan berkata kepada Ibnu Thawus, “Ceritakan kepadaku sesuatu tentang ayahmu!!”
Tanpa rasa takut dan tedeng aling-aling, Ibnu Thawus berkata, “Aku mendengar ayahku berkata, bahwa Rasulullah SAW bersabda : Sesungguhnya orang yang paling keras siksaannya pada hari kiamat adalah orang yang menyekutukan Allah dalam hukum-Nya, lalu memasukkan ketidak-adilan dalam keadilan-Nya!!”
Tentu saja Ibnu Thawus sangat tahu apa yang dikatakannya, dan resikonya karena dikatakan di hadapan penguasa yang sangat terkenal kekejamannya. Tetapi seperti yang pernah disabdakan Nabi SAW, bahwa jihad terbesar adalah kalimat yang benar (haq), yang disampaikan di hadapan penguasa yang dzalim. Malik bin Anas (yakni Imam Malik, yang ‘menyusun’ madzab Maliki dan kitab hadist yang pertama al Muwaththa’) juga khawatir dengan perkataannya itu, jangan-jangan Al Manshur memerintahkan algojonya untuk membunuh Ibnu Thawus. Karena itu ia menutupi dirinya dengan jubahnya agar tidak terpercik darah Ibnu Thawus.
Tetapi beberapa saat berlalu, ternyata Al Manshur hanya diam terpekur, kemudian berkata lagi, “Wahai Ibnu Thawus, berilah aku nasehat!!”
“Baiklah,” Kata Ibnu Thawus lagi, “Tidakkah engkau mendengar Firman Allah SWT :
Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu berbuat terhadap kaum Ad? Penduduk Iram yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi,
yang belum pernah dibangun (suatu kota) seperti itu di negeri-negeri lain, dan kaum Tsamud yang memotong batu-batu besar di lembah, dan kaum Firaun yang mempunyai pasak-pasak (tentara yang banyak), yang berbuat sewenang-wenang dalam negerinya, lalu mereka berbuat banyak kerusakan dalam negeri itu, karena itu Tuhanmu menimpakan kepada mereka cemeti azab (yakni siksa yang sepedih-pedihnya), sesungguhnya Tuhanmu benar-benar mengawasi!!”
Kekhawatiran Imam Malik makin meningkat saja. Kalau tadi Ibnu Thawus ‘mengancam’ sang khalifah dengan hadist Nabi SAW, kini meningkatkan ‘ancamannya’ dengan Firman-firman Allah yang tercantum dalam QS Al Fajr ayat 6-14. Lagi-lagi Imam Malik menangkupkan jubahnya kalau-kalau terjadi sesuatu dengan Ibnu Thawus, yakni dibunuh, dan darahnya akan memercik pada dirinya.
Tetapi seperti sebelumnya, khalifah Al Manshur hanya terpekur mendengar perkataan Ibnu Thawus tersebut, yang jelas-jelas mengkritisi, bahkan mencela ‘kebijakan tangan besi’ yang telah dilakukannya. Ia seperti tenggelam dalam pikirannya sendiri, kemudian berkata, “Wahai Thawus berikanlah (pinjamilah) tinta (pena/pulpen) kepadaku!!”
Mungkin maksud Al Manshur akan mencatat perkataan atau nasehatnya tersebut, tetapi lagi-lagi Ibnu Thawus menolak memberikannya. Maka sang khalifah berkata, “Apa yang menghalangimu untuk memberikan tinta itu kepadaku??”
Walau nilai atau harga tinta tidaklah seberapa, bahkan mungkin tidak ada nilainya sama sekali bagi Al Manshur, tetapi Ibnu Thawus punya alasan sendiri. Ia berkata, “Aku khawatir kamu menuliskan perintah kemaksiatan (kedzaliman), maka aku bersekutu (terlibat) denganmu dalam kemaksiatan itu!!”
Al Manshur tampak jengkel dengan perkataan Ibnu Thawus itu, tetapi entah mengapa ia tidak bisa atau tidak berani bersikap kejam kepadanya. Ia berkata, “Pergilah kalian dariku!!”
Maka Ibnu Thawus berkata, “Itulah yang memang kami harapkan!!”
Suka ·
Read More

Sabtu, 14 Februari 2015

// //

Siapa Cupid, Si Dewa Cinta ?

Cupid adalah simbol cinta yang paling terkenal. Wujudnya berupa anak laki-laki bersenjata dengan busur dan panah yang menancap ke hati. Tanda panah menunjukkan keinginan dan emosi cinta, dan Cupid mengarahkan panahnya ke Dewa dan Manusia agar mereka jatuh cinta. Cupid selalu memainkan peran dalam perayaan cinta.
Dalam kebudayaan Yunani kuno, ia dikenal sebagai Eros, anak dari Aphrodite, dewi cinta dan kecantikan. Dalam kebudayaan Romawi, ia disebut Cupid, dan ibunya bernama Venus.
Ada sebuah kisah yang sangat menarik tentang Cupid dan Psyche, kekasih Cupid dalam mitologi Romawi. Venus cemburu pada kecantikan Psyche, dan memerintahkan Cupid untuk menghukum Psyche. Tapi sebaliknya, Cupid jatuh cinta kepada Psyche. Dia meminang Psyche untuk menjadi istrinya, tetapi sebagai seorang manusia, dia dilarang untuk memandang Cupid secara langsung.
Psyche sangat bahagia menjalani hubungannya dengan Cupid, sampai adik-adiknya membujuknya untuk memandang Cupid. segera setelah Psyche memandang Cupid, Cupid menghukumnya dengan meninggalkannya. Puri indah dan kebun mereka lenyap juga. Psyche menemukan dirinya sendirian di sebuah lapangan terbuka tanpa tanda-tanda keberadaan orang lain atau Cupid. Saat ia berjalan berusaha untuk menemukan kekasihnya, ia tiba di kuil Venus.
Venus sang dewi cinta ingin membalas dendam kepada Psyche. Ia memberikan serangkaian tugas kepada Psyche yang sulit dan berbahaya.
Sebagai tugas terakhirnya, Psyche diberi kotak kecil dan disuruh bawa ke dunia bawah tanah. Dia diperintahkan untuk mengambil sebagian kecantikan Proserpine, istri Pluto, dan menaruhnya di dalam kotak. Selama perjalanan ia diberi tips untuk menghindari bahaya dari dunia bawah tanah. Dia juga diperingatkan untuk tidak membuka kotak. Tapi Psyche akhirnya tidak bisa menahan godaan untuk membuka kotak tersebut. Tapi bukannya menemukan kecantikan, ia menemukan tidur yang mematikan.
Cupid menemukan sosok Psyche yang tak bernyawa itu di tanah. Dia tidur yang mematikan dari tubuh kekasihnya dan memasukkan kembali ke dalam kotak. Cupid memaafkannya, begitu juga dengan Venus. Para dewa, tergerak oleh cinta Psyche untuk Cupid lalu mengangkat Psyche menjadi seorang dewi.
Saat ini, Cupid dan panahnya telah menjadi simbol cinta yang sangat populer, dan rasa cinta sangat sering dilambangkan dengan dua hati yang tertusuk anak panah, anak panah sang Cupid. [segiempat]
Read More

Jumat, 13 Februari 2015

// //

Guru yang Menyenangkan, Inilah Caranya

GURU yang baik pada dasarnya adalah manusia yang baik. Mereka memiliki kepribadian penyayang, baik, hangat, sabar, tegas, luwes dalam perilaku, bekerja keras, serta berkomitmen pada pekerjaan mereka.
Pusat perhatian mereka bukanlah pada buku teks atau kurikulum, tetapi pada anak! Mereka sangat menyadari beragamnya cara anak-anak belajar, perbedaan antar anak-anak dan pentingnya metode beragam untuk mendorong siswa mampu belajar.
Anak-anak yang belajar dengan guru semacam itu tidak perlu lagi mengeluarkan uang tambahan untuk mengikuti les sepulang sekolah.
Tidak mudah menjadi guru yang baik, menyenangkan, dikagumi dan dihormati oleh anak didik, masyarakat sekitar dan rekan seprofesi.
Kelas yang menyenangkan kuncinya ada pada guru, karena dia adalah sutradara sekaligus aktor. Dia yang menentukan apakah kelas menjadi kisah horor atau cerita petualang yang mengasyikkan.
Bagaimana untuk menciptakan pribadi atau guru yang powerful, Ada beberapa hal yang perlu dilakukan oleh seorang guru untuk mendapat pengakuan sebagai guru yang baik dan berhasil:
Pertama, berusahalah tampil di muka kelas dengan prima. Kuasai betul materi pelajaran yang akan diberikan kepada siswa. Jika perlu, ketika berbicara di muka kelasa tidak membuka catatan atau buku pegangan sama sekali. Berbicaralah yang jelas dan lancar sehingga terkesan di hati siswa bahwa kita benar-benar tahu segala permasalahan dari materi yang disampaikan.
Guru yang berperan sebagai pemimpin handal. Pemimpin yang baik tidak hanya selalu berada di depan, member perintah atau komando, namun lebih banyak memberikan ruang dan kesempatan kepada anak-anak agar mereka bisa berkembang.
Cara yang mampu memotivasi. Guru yang menyenangkan tahu, memberi motivasi jauh berbeda dengan menekan murid dengan berbagai cara agar berprestasi.
Guru yang mampu berkomunikasi secara jernih.
Ada sinyal yang kuat. Frekuensi yang dipancarkan guru dapat ditangkap baik olehh murid jika gelombangnya sama. Artinya berbicarala dengan cara dan bahasa yang mereka pahami.
Layaknya panggung pertunjukkan dan guru adalah aktornya, sebagai aktor yang baik, guru tahu kapan harus bersuara keras, pelan, lembut, atau cepat. Kendalikan emosi. Jangan mudah marah di kelas dan jangan mudah tersinggung karena perilaku siswa. Ingat siswa yang kita ajar adalah remaja yang masih sangat labil emasinya. Siswa yang kita ajar berasal dari daerah dan budaya yang mungkin berbeda satu dengan yang lainnya dan berbeda dengan kebiasaan kita, apalagi mungkin pendidikan di rumah dari orang tuanya memang kurang sesuai dengan tata cara dan kebiasaan kita. Marah di kelas akan membuat suasana menjadi tidak enak, siswa menjadi tegang. Hal ini akan berpengaruh pada daya nalar siswa untuk menerima materi pelajaran yang kita berikan.
Tahu kapan berhenti untuk memberi kesempatan berpikir kepada anak-anak, memilih kata-kata efektif sehingga selalu terngiang dalam alam sadar dan bawah sadar murid.
Guru yang bergerak efektif di kelas. Ruang kelas adalah medan yang dijelajahi setiap jengkanya, bukan sekadar menyisir sisi depan kelas saja. Bergeraklah kesemua sudut kelas.
Guru yang menampilkan diri sebagai seseorang yang percaya diri, guru yang enerjik dan tampil muka selalu ceria.
Dengan cara yang demikian, mudah-mudahan setiap Muslim yang mendidik anak-anaknya atau guru sekalipun dapat memberikan kenyamanan bagi peserta didik sehingga berpengaruh pada penyampaian ilmu. [Sumber: Sekolah yang menyenangkan/Karya: Anna Farida/Penerbit:Nuansa]
Read More

Kamis, 12 Februari 2015

// //

Ada apa dengan Syetan Ketika Melihat Umar bin Khattab ?

UMAR bin Khatab adalah salah satu dari empat khalifah yang dikenal karakternya yang tegas, bijaksana, kasar dan banyak ditakuti oleh kaum Quraisy pada saat itu.
Umar bin Khattab adalah khalifah kedua, dan mungkin terbesar dari semua khalifah Islam. Dia sejaman namun lebih berusia muda ketimbang Nabi Muhammad. Dan seperti juga nabi Muhammad, dia kelahiran Mekkah. Tahun kelahirannya tidak diketahui, tetapi menurut taksiran tahun ke-586 M.
Asal-muasalnya Umar bin Khattab merupakan musuh yang paling ganas dan beringas, menentang Muhammad dan Agama Islam habis-habisan. Tetapi, mendadak dia memeluk agama baru itu dan berbalik menjadi pendukung gigih. (Ini ada persamaannya yang menarik dengan ihwal St. Paul terhadap Kristen). Umar bin Khattab selanjutnya menjadi penasihat terdekat Nabi Muhammad dan begitulah dilakukannya sepanjang umur Muhammad.
Suatu ketika, pada saat itu terdapat sebuah kisah di mana syetan takut akan Umar bin Khattab.
Berkata Hasan Nasrullah (Syi’ah): “Kami tidak mau masuk Masjid Nabawi melewati pintu Umar bin Khaththab, kerana kami membencinya!”
Maka Syaikh DR. Muhammad al-‘Arifi (Sunni) berkata:
“Semoga Allah merahmatimu wahai Umar, Syaithon telah lari darimu baik ketika engkau hidup atau setelah engkau meninggal.”
Diriwayatkan dari Muhammad bin Sa’ad bin Abi Waqqash dari ayahnya ia berkata,
“Umar bin al-Khaththab memohon agar diizinkan masuk ke rumah Rasulullah SAW ketika itu ada beberapa orang wanita dari Quraisy sedang berbincang-bincang dengan Rasulullah dan mereka berbicara dengan nada suara yang keras melebihi suara Rasululullah SAW.”
Ketika Umar masuk mereka segera berdiri dan menurunkan hijab. Setelah diberi izin Umar masuk ke rumah Rasulullah SAW sementara Rasulullah tertawa.
Umar bertanya, “Apa yang membuat anda tertawa wahai Rasulullah?” Rasulullah SAW menjawab. “Aku heran terhadap wanita-wanita yang berada di sisiku ini, ketika mereka mendengar suaramu, segera mereka berdiri menarik hijab.”
Umar berkata, “Sebenarnya engkau yang lebih layak mereka segani Wahai Rasulullah. Kemudian Umar berbicara kepada mereka, “Wahai para wanita yang menjadi musuh bagi nafsunya sendiri, bagaimana kalian segan terhadap diriku dan tidak segan terhadap Rasulullah?”
Mereka menjawab, “Ya, sebab engkau lebih keras dan lebih kasar daripada Rasulullah SAW.”
Rasulullah SAW bersabda,
“Wahai Ibnul al-Khaththab, demi Allah yang jiwaku berada dalam genggaman tanganNya, sesungguhnya tidaklah setan menemuimu sedang berjalan di suatu jalan kecuali dia akan mencari jalan lain yang tidak engkau lalui.”
Diriwayatkan dari ‘Aisyah r.a bahwa Rasulullah pernah bersabda,
”Sesungguhnya setan lari ketakutan jika bertemu Umar”
Begitulah, kisah yang diriwayatkan Aisyah, sehingga menjadi kekuasaan Allah SWT. kalau Umar tak hanya ditakuti oleh musuhnya bahkan musuh gaib pun ditakutinya. 

[Sumber: Asbabul Wurud 2/Karya: Suwarta Wijaya/Penerbit: Kalam Mulia]
Read More

Kamis, 05 Februari 2015

// //

Akhlak, Kunci Utama Perubahan

JIKA ingin berhasil maka kita harus melakukan sebuah perubahan. Perubahan yang akan mengantarkan kita pada gerbang sebuah kesuksesan. Namun, perubaha itu tidak akan terwujud begitu saja, jika tidak ada gerakan dari diri sendiri. Hal yang pertama kali harus dilakukan agar kita dapat melakukan perubahan, ialah perbaikan pada akhlak. Ya, akhlak, merupakan kunci dari sebuah perubahan.

Akhlak adalah hal pertama yang biasanya dinilai oleh seseorang. Jika kita memiliki perilaku terpuji orang yang melihatnya pun akan tertarik pada kita. Dengan begitu cukup mudah untuk kita melangkah selanjutnya. Baik dalam bidang pekerjaan bahkan dalam hal mencari pasangan hidup.

Namun sebaliknya, jika kita memiliki akhlak yang tidak baik, maka ketika akan melangkah itu cukup sulit. Karena biasanya, seseorang yang memiliki akhlak kurang terpuji akan dijauhi oleh orang lain. Kalau pun ada yang mendekati, pasti yang memiliki akhlak serupa dengannya. Inilah yang menjadi penghambat kesuksesan.
Perbaikan pada akhlak tidak akan terwujud jika tidak ada niat dan tekad yang kuat pada diri kita untuk mewujudkannya. Karena, pendorong dalam hal perbaikan ialah berawal dari dalam diri sendiri. Faktor luar hanyalah pemberi semangat atau pun motivasi sebagai penguat diri kita untuk mencapai sebuah perubahan.

Jika kita lihat sekarang ini, kita sangat krisis akhlak. Banyak orang yang sudah tak perduli lagi dengan ketentuan yang harus dilakukan dalam bertingkah laku. Maka, bantulah mereka dengan mengubah akhlak kita terlebih dahulu. Barulah kita dapat mengajak mereka yang belum mengerti tentang akhlak yang baik itu seperti apa, hingga mereka paham dan mau melakukan perubahan.

Lakukan perubahan untuk masa depan yang lebih baik. Lakukan perubahan untuk menggapai impian. Lakukan perubahan untuk mencapai kesuksesan. Ubahlah akhlak dengan memantapkannya pada perilaku yang baik agar dapat melakukan perubahan itu. Karena akhlak yang baik, merupakan kunci dari sebuah perubahan ke arah yang baik pula. Wallahu ‘alam. [Disarikan dari KH. Abdul Ghafur]
Read More
// //

Bedanya Galau Kita dan Galaunya Sahabat Nabi

UMAT Muslim saat ini, terutama yang belum menikah sering sekali galau dan galaunya itu dijadikan status di facebook atau twitter. Urusannya gak jauh-jauh dari cinta terhadap lawan jenis yang belum halal. Beda sekali dengan sahabat Nabi.

“Ya itu kan sahabat, jauhlah sama kita” biasanya ada yang komentar begitu kalau saya menulis tentang sahabat. Helooooo! Kalau tidak mau menyamai mereka Radiyallahu Anhu, mengapa menginginkan surga yang sama?

Sahabat Ka’ab Bin Malik galau selama 50 hari, khawatir soal dosa. Khawatir soal dirinya diampuni Allah atau tidak. Bukan soal-soal remeh temeh.

Umar bin Khattab ketika menjadi khalifah, galau karena ada rakyatnya yang memasak batu saking miskinnya, lalu menaruh beban karung gandum di pundaknya sendiri.

Tsa’labah bin Abdurrahman RA pernah secara tidak sengaja melihat wanita Anshar yang mandi. Ia merasa sangat berdosa, malu kepada Nabi dan mengasingkan diri ke gunung selama 40 hari. Ia terus menerus minta ampun kepada Allah. Sedangkan kita? Setiap hari, wanita di sekeliling kita mengumbar aurat ada di mana-mana. Di kantor, di Mall, di televisi, di mana-mana. Apakah kita meminta ampun kepada Allah?

Nabi Muhammad merasa kehilangan dia. Sampai Allah menunjukkan gunung tempat bersembunyinya. Nabi meminta Umar RA dan Salman RA untuk menjemputnya.

Tsa’labah masih malu, dia mau ke Madinah kalau Nabi sedang sholat sehingga dianggap tidak menyadari kedatangannya. Iapun sampai sakit keras karena galau takut akan dosanya melihat wanita mandi, walupun tak sengaja.

Sebelum sakit Nabi SAW memberikan amalan buatnya supaya dosanya diampuni berupa bacaan Al Qur’an “ …Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia, dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa api neraka”. (al-Baqarah : 201). Sebuah do’a yang mudah dan sering kita ulang-ulang yaitu Robbana Atina Fid DUnya Hasanah wa fil akhiroti hasanah. Waqina adzaabannaar.”

Tsa’labah sakit keras selama 8 hari, karena khawatir akan dosanya. Bagaimana dengan kita? tiap hari berbuat dosa apakah kita merasa bersalah. Kebanyakan tidak. Nabi Muhammad SAW saja yang dijamin masuk uorga istighfar 70 kali sehari dalam riwayat lain dikatakan 100 kali sehari. Kita berapa kali?

Begitulah seharusnya. Mestinya kita galau bukannya urusan duit, urusan lawan jenis, urusan dunia lah. Mestinya kita galau urusan dosa, urusan ibadah, urusan akherat, begitulah muslim yang baik.

Rasulullahpun menjenguknya. Rasulullah memangku Tsa’labah di pangkuannya.

Tapi ia menggeser kepalanya, “Kepalaku penuh dosa wahai Rasulullah. Aku tidak pantas!”
 
“Apa yang kamu senangi?”

“Ampunan Allah.”

Jabir bin Abdullah RA meriwayatkan sebuah hadits tentang sahabat ini “Ketika itu turunlah Jibril Alaihisallam, mengatakan, “Wahai Muhammad, sesungguhnya Tuhanmu mengirimkan salam padamu, dan berfirman, ‘JIka hamba-Ku ini menemui-Ku dengan dosa sejengkal tanah, maka Aku akan menemui dengan sejengkal ampunan’.”

Tsa’labah langsung berteriak kegirangan karena mendapat ampunan Allah, tidak lama kemudian ia meninggal. Ketika Rasulullah SAW ke rumah Tsa’labah, Rasulullah merangkak. Para shahabat keheranan. “Mengapa Engkau merangkak wahai Rasulullah?”

Rasulullah SAW menjawab, “Aku tidak bisa berdiri saking banyaknya malaikat yang turun, ta’ziyah kepada Tsa’labah.”

Allahu Akbar. Ketika membaca kisah ini saya menangis. Wallahu A”lam Bish SHawab. []

Oleh: Agung Pribadi


Read More

Rabu, 04 Februari 2015

// //

Saidina Ali Pun Membakar Kaum Syiah

SYAIKHUL-Islâm Ibnu Taimiyyah rahimahullah mengatatakan bahwa “Syi’ah itu buatan kaum zindiq munafik, yang pada masa ‘Ali hidup, beliau telah membakar sebagian dari mereka dan sebagian lagi melarikan diri dari pedang beliau,” [Minhâjus Sunnah 1/11].
Apa yang dikatakan oleh Ibnu Taimiyyah hendaknya sudah jelas dan tegas bahwa Syiah sama sekali bukan sekte (atau bagian) dari Islam. Ibnu Taimiyyah adalah seorang ulama besar yang pernah dipunyai oleh sejarah Islam. Siapa meragukan kapasitas beliau secara keislaman dan ilmu?
Salah satu ciri yang menonjol dari kaum Syiah adalah mereka sangat mengagung-agungkan Ali, sebaliknya sangat mendeskreditkan sahabat-sahabat lainnya—padahal dibandingkan dengan Abu Bakar, Umar, dan Ustman, siapalah orang-orang Syiah itu amalnya terhadap Rasulullah dan Islam?
Inilah perkataan-perkataan kaum Syiah terhadap para sahabat, yang dinukilkan dari kitab-kitab mereka sendiri:
1. Mereka mengatakan, bahwa para sahabat telah murtad sepeninggal Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam kecuali tiga orang, yaitu: Miqdâd bin Aswad, Abu Dzar, dan Salmân al-Fârisi. [Raudhatun Minal Kâfi 8/245-246 oleh ulama mereka yang bernama Al Kulini].
2. Mereka mengatakan, bahwa para sahabat adalah orang-orang kuffar, sesat, dan terlaknat karena memerangi ‘Ali dan mereka kekal di neraka. [Awâ-ilul Maqâlât hal. 45 oleh Mufîd].
3. Ni’matullah al-Jazâ-iri al-Mâjûsi mengatakan dalam kitabnya, al-Anwâru Nu’mâniyyah (2/244), “Imamiyyah mengatakan dengan nash yang terang atas imamahnya ‘Ali dan mereka telah mengkafirkan para sahabat.”
4. Muhammad Bâqir al Majlîsi mengatakan: “Aqidah kita tentang berlepas diri (al-barâ`) ialah: bahwa sesungguhnya kita berlepas diri dari empat orang berhala, yaitu: Abu Bakr, ‘Umar, ‘Utsmân, dan Mu’âwiyah. Dan dari empat orang perempuan, yaitu: ‘Aisyah, Hafshah, Hindun, dan Ummul-Hakam. Dan dari semua pendukung dan pengikut-pengikut mereka. Sesungguhnya mereka adalah sejelek-jelek makhluk Allah di permukaan bumi; dan sesungguhnya tidak sempurna iman kepada Allah dan Rasul-Nya dan (iman) kepada para imam, kecuali sesudah berlepas diri dari musuh-musuh mereka”. [Haqqul-Yakîin, hal. 519 dalam bahasa Parsi].
5. Mereka mengatakan, bahwa Abu Bakr, ‘Umar, dan ‘Utsmân diadzab di neraka dengan sekeras-keras
azab.
6. Mereka mengatakan, bahwa Abu Bakr dan ‘Umar adalah orang pertama yang masuk neraka bersama Iblis.
7. Bahkan mereka mengatakan, bahwa ‘Umar diadzab di neraka lebih keras dari iblis. [Al-Anwârun- Nu’mâniyyah, 1/81-82].
8. Penyusun kitab al-Anwârun-Nu’mâniyyah (1/81-82) berkata : “Telah datang riwayat-riwayat yang khusus-yakni dari Syi’ah karena ahlus Sunnah menurut mereka adalah orang-orang awam-, “Sesungguhnya setan dirantai dengan tujuh puluh rantai dari besi Jahannam, dan ia dibawa ke mahsyar (tempat berkumpul). Maka, setan melihat ada seorang laki-laki di depannya yang dibawa oleh Malaikat Adzab, dalam keadaan di lehernya ada seratus dua puluh rantai dari rantairantai Jahannam. Lalu, setan mendekat kepadanya dan ia bertanya (kepada orang itu): ‘Apakah gerangan yang telah diperbuat oleh orang celaka ini sehingga dia diadzab lebih dariku, padahal akulah yang menyesatkan makhluk dan membawa mereka kepada kebinasaan?’ Maka, ‘Umar menjawab pertanyaan setan itu: “Tidak ada sesuatu pun yang aku kerjakan selain sesungguhnya aku telah merampas khilâfah ‘Ali bin Abi Thâlib’.”
Kemudian si Majusi yang bernama Ni’matullah al-Jazâ-iri ini memberi komentar: “Zhahirnya bahwa dia -yakni Umar- manganggap kecil apa yang menyebabkan dirinya menjadi celaka dan bertambah adzabnya, padahal dia tidak tahu, bahwa setiap yang terjadi di dunia ini sampai hari Kiamat berupa kekufuran dan kemunafikan dan berkuasanya orang-orang yang durhaka dan zhalim, tidak lain melainkan disebabkan oleh perbuatannya ini.” (Saya nukil dari kitab Mas-alatut Taqrîb [1/366) oleh Syaikh Nâshir al-Qifâri].
Lihatlah apa yang telah dikatakan si Majusi ini terhadap khalifah yang mulia ‘Umar bin Khaththâb Radhiallahu ‘anhu. Yang menurut keyakinan Syi’ah, bahwa ‘Umar diazab lebih pedih dan lebih besar dari Iblis!? Demikian juga bahwa perbuatan ‘Umar lebih menyesatkan daripada perbuatan Iblis!?
9. Telah berkata seorang Majusi lainnya, asy-Syirâzi, yang mereka namakan tanpa haq dengan “Ayatollah”(!?): “Biarkanlah mereka (yakni Syi’ah) menjelaskan dengan setiap ketegasan, sesungguhnya Abu Bakr dan ‘Umar, keduanya tidak pernah beriman kepada Allah meskipun sekejap mata saja. Biarkanlah mereka (yakni Syi’ah) menjelaskan dengan setiap ketegasan, sesungguhnya ‘Aisyah seorang Khawârij, sedangkan Khawârij adalah kafir. Biarkanlah mereka (yakni Syi’ah) menjelaskan dengan setiap ketegasan, sesungguhnya ‘Utsman laknatullah dari Bani Umayyah, dan mereka adalah pohon yang terlaknat di dalam Al-Qur’ân.”
Si Majusi ini sampai hari ini masih hidup sebagai salah seorang ulama mereka (baca: Syi’ah Râfidhah).
(Saya nukil dengan ringkas dari kitab Zhâhiratut-Takfîr fi Madzhab Syi’ah (hal. 9) oleh Syaikh ‘Abdurrahmân Muhammad Sa’îd ad-Dimasyqiyyah).
10.Al Kulini di kitabnya, al-Kâfi, di bagian kitab “Raudhah” mengatakan: “Bahwa dua orang Syaikh (yang dimaksud oleh mereka adalah Abu Bakar dan ‘Umar) telah terpisah dari dunia ini (yakni mati) (dalam keadaan) tidak bertaubat dan tidak mengingat apa yang keduanya telah perbuat terhadap Amirul-Mukminin (yakni ‘Ali bin Abi Thâlib), maka atas keduanya laknat Allah dan malaikat dan manusia semuanya.” [Saya nukil dari kitab Mas-alatut-Taqrîb Baina Ahlis-Sunnah wasy-Syî’ah (1/366) oleh Syaikh Nâshir al-Qifâri].
11.Kemudian si Majusi yang bernama Ni’matullah al-Jazâ-iri di kitab al-Anwârun Nu’mâniyyah (2/111) mengatakan: “Telah dinukil di dalam riwayat-riwayat pertama –yakni riwayat Syi’ah- bahwa khalifah yang pertama –yakni Abu Bakr- bersama dengan Nabi Sallallahu ‘alaihi wa sallam, sedangkan berhala yang biasa dia sembah pada zaman Jahiliyyah tergantung di lehernya tertutup oleh bajunya. Dan dia pun sujud –yakni di dalam shalat- sedangkan yang dia maksudkan adalah sujud kepada berhalanya itu sampai Nabi Sallallahu ‘alaihi wa sallam mati, maka barulah mereka (yakni para sahabat di bawah pimpinan Abu Bakr) menyatakan (secara terang-terangan) apa yang ada di dalam hati-hati mereka.”
Demikianlah, beberapa tuduhan keji sekte aneh ini terhadap para sahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang telah mendapatkan sanjungan dari Allah Azza wa Jalla. Semoga kian menyadarkan kaum muslimin akan tipu-daya dan kebusukan mereka. Wallahul-Hâdi [Al-Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat/majalah as-sunnah]
Read More

Minggu, 01 Februari 2015

// //

ARTI SEBUAH KERINDUAN

Yang terucap dengan lidah kita, tentang Allah SWT, ridho Allah SWT, surga, neraka, iman kepada Allah SWT,  Rasulullah SAW dan segala yang hal di seputar  Islam. Sudahkan kalimat-kalimat tersebut disaat terucap di bibir, sekaligus dirasa oleh hati nurani kita.  Berapakali kita menghadiri diskusi tentang Islam, seminar tentang syariah, perencanaan dalam da'wah dan lain sebagainya. Sebarapa besar makna kedekatan kita kepada Allah SWT kita rasakan dari segala gebyar aktivitas tersebut. Teringat sabda nabi SAW, " Ada orang membaca al-Qur'an, akan tetapi  bacaannya tidak bisa melewati tenggorokannya." Artinya ada orang berbicara tentang perjuangan untuk Islam, syariat Islam, Allah SWT dan lain  sebagainya. Akan tetapi pembicaraan tersebut hanya bergema ditenggorokannya saja dan tidak bisa terus meresap kehati.

Ada orang yang sibuk diskusi tentang Islam dan berbicara tentang pemikiran Islam dan Islam akan tetapi diskusi dan pembicaraan tersebut hanya berputar-putar diseputar otak kepalanya dan tidak bisa di hayati oleh hatinya. Ada orang yang lantang suaranya mengajak orang lain kepada Allah SWT dengan metode penyampaian yang amat menarik, akan tetapi ajakan tersebut hanya untuk orang lain sementara hatinya sendiri tidak merasa terpanggil untuk menyambut ajakan tersebut. Itulah orang-orang yang didustakan oleh Allah SWT kelak di Akherat. Di dunia mempunyai gelaran kebesaran dalam urusan agama, akan tetapi gelar-gelar tersebut tidak mereka ketemukan di akhirat.
Yang kita lakukan disaat ini dan disaat-saat yang telah lalu dari diskusi tentang Islam dan da'wah.

Yang sering kita suarakan dan kita perdengarkan kepada orang lain tentang iman, surga, neraka dan lain sebagainya. Sudahkan semua itu menjadikan kita semakin takut kepada Allah SWT, semakin rindu kepada Allah SWT, semakin mengagungkan Allah SWT, Rasulullah SAW dan Islam? Pernahkah disaat kita mendiskusikan syari'at Islam, tiba-tiba kita mendengar suara adzan, lalu kita bergegas menyambut seruan muadzin untuk khusu' shalat berjamaah? Sudahkah kita yang disiang hari sibuk berbicara tentang ridha Allah SWT, surga dan kerinduaan kepada Allah SWT, lalu ditengah malam kita mengkhususkan waktu untuk memadu kasih dengan Allah SWT? Jika ini semua belum pernah kita lakukan, tanyakan kepada hati kita sendiri! Apa makna perjuangan kita tentang Islam, Allah SWT dan Rasulullah SAW  kalau bukan untuk menumbuh suburkan kerinduan kita kepada Allah SWT? Apa arti sebuah pemikiran tentang Islam, jika bukan untuk menjadikan kita rindu keselamatan di akhirat? Apa arti kalimat yang diucapkan oleh lidah kita tentang kecintaan kepada Allah SWT dan Islam, jika tidak kita sambung dengan merintih khusu' dalam ibadah kita kepada Allah SWT di sepinya malam?
Ya Allah, pencipta cinta dan kerinduan, jadikanlah kecintaan dan kerinduan kami hanya kepada-Mu dan karenamu!Ya Allah jadikanlah kami adalah orang-orang yang gemar menyampaikan kebenaran sekaligus mudah untuk mendengarnya! Ya Allah Jadikanlah kami orang-orang yang menyeru kepada kerinduan kepada-Mu dengan hati dan lidah kami!Ya Allah jadikanlah kami sebab rindunya hamba- hamba-Mu kepada-Mu!

Sumber : artikel buya yahya
Read More