“Ya itu kan sahabat, jauhlah sama kita” biasanya ada yang komentar
begitu kalau saya menulis tentang sahabat. Helooooo! Kalau tidak mau
menyamai mereka Radiyallahu Anhu, mengapa menginginkan surga yang sama?
Sahabat Ka’ab Bin Malik galau selama 50 hari, khawatir soal dosa.
Khawatir soal dirinya diampuni Allah atau tidak. Bukan soal-soal remeh
temeh.
Umar bin Khattab ketika menjadi khalifah, galau karena ada rakyatnya
yang memasak batu saking miskinnya, lalu menaruh beban karung gandum di
pundaknya sendiri.
Tsa’labah bin Abdurrahman RA pernah secara tidak sengaja melihat
wanita Anshar yang mandi. Ia merasa sangat berdosa, malu kepada Nabi dan
mengasingkan diri ke gunung selama 40 hari. Ia terus menerus minta
ampun kepada Allah. Sedangkan kita? Setiap hari, wanita di sekeliling
kita mengumbar aurat ada di mana-mana. Di kantor, di Mall, di televisi,
di mana-mana. Apakah kita meminta ampun kepada Allah?
Nabi Muhammad merasa kehilangan dia. Sampai Allah menunjukkan gunung tempat bersembunyinya. Nabi meminta Umar RA dan Salman RA untuk menjemputnya.
Tsa’labah masih malu, dia mau ke Madinah kalau Nabi sedang sholat
sehingga dianggap tidak menyadari kedatangannya. Iapun sampai sakit
keras karena galau takut akan dosanya melihat wanita mandi, walupun tak
sengaja.
Sebelum sakit Nabi SAW memberikan amalan buatnya supaya dosanya
diampuni berupa bacaan Al Qur’an “ …Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan
di dunia, dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa api
neraka”. (al-Baqarah : 201). Sebuah do’a yang mudah dan sering kita
ulang-ulang yaitu Robbana Atina Fid DUnya Hasanah wa fil akhiroti
hasanah. Waqina adzaabannaar.”
Tsa’labah sakit keras selama 8 hari, karena khawatir akan dosanya.
Bagaimana dengan kita? tiap hari berbuat dosa apakah kita merasa
bersalah. Kebanyakan tidak. Nabi Muhammad SAW saja yang dijamin masuk
uorga istighfar 70 kali sehari dalam riwayat lain dikatakan 100 kali
sehari. Kita berapa kali?
Begitulah seharusnya. Mestinya kita galau bukannya urusan duit,
urusan lawan jenis, urusan dunia lah. Mestinya kita galau urusan dosa,
urusan ibadah, urusan akherat, begitulah muslim yang baik.
Rasulullahpun menjenguknya. Rasulullah memangku Tsa’labah di pangkuannya.
Tapi ia menggeser kepalanya, “Kepalaku penuh dosa wahai Rasulullah. Aku tidak pantas!”
“Apa yang kamu senangi?”
“Ampunan Allah.”
Jabir bin Abdullah RA meriwayatkan sebuah hadits tentang sahabat ini
“Ketika itu turunlah Jibril Alaihisallam, mengatakan, “Wahai Muhammad,
sesungguhnya Tuhanmu mengirimkan salam padamu, dan berfirman, ‘JIka
hamba-Ku ini menemui-Ku dengan dosa sejengkal tanah, maka Aku akan
menemui dengan sejengkal ampunan’.”
Tsa’labah langsung berteriak kegirangan karena mendapat ampunan
Allah, tidak lama kemudian ia meninggal. Ketika Rasulullah SAW ke rumah
Tsa’labah, Rasulullah merangkak. Para shahabat keheranan. “Mengapa
Engkau merangkak wahai Rasulullah?”
Rasulullah SAW menjawab, “Aku tidak bisa berdiri saking banyaknya malaikat yang turun, ta’ziyah kepada Tsa’labah.”
Allahu Akbar. Ketika membaca kisah ini saya menangis. Wallahu A”lam Bish SHawab. []
Oleh: Agung Pribadi