Apabila
disebutkan ahli-ahli tafsir dari golongan tabi'in, mereka dianggap
lebih banyak bilangannya daripada ahli tafsir golongan sahabat, karena
golongan sahabat yang terkenal dengan ahli tafsir tidak lebih dari
sepuluh orang.
1. Kelompok ahli Makkah
2. Kelompok ahli Madinah
3. Kelompok ahli Iraq
1 Al-"A'lam, karangan Zarkali jilid 5 hal. 29
Seperti telah disebutkan oleh Imam Suyuthy dalam kitabnya Al-Itqan. Di atas telah kami sebutkan nama-nama mereka dan telah kami cuplikkan pula otobiografi beberapa ahli tafsir di kalangan mereka.
Adapun
golongan tabi'in di dalamnya banyak ahli tafsir dan mereka terkenal
luas. Dikalangan mereka terdapat pula tokoh-tokoh yang tiada
bandingannya yang banyak mencurahkan perhatiannya terhadap tafsir Kitab
Allah SWT. Dari mereka pula para ahli tafsir yang berikutnya mengutip
sebagian banyak pendapatnya.
Ahli tafsir golongan tabi'in ini terbagi tiga kelompok:
2. Kelompok ahli Madinah
3. Kelompok ahli Iraq
Kelompok pertama:
Ialah
kelompok ahli Makkah, mereka mengambil ilmu pengetahuan dari seorang
guru ahli-ahli tafsir dan seorang penterjemah Al-Qur'an yaitu Sayyid
Abdullah bin Abbas r.a.
Imam
Suyuthy mengutip pendapat Ibnu Taimiyah, bahwa berkata: "Orang yang
paling pandai tentang tafsir adalah orang-orang Makkah, karena mereka
sahabat Abdullah bin Abbas".
Dikalangan
mereka banyak orang-orang yang terkenal dan muncul tokoh-tokoh yang
tiada bandingannya. Tokoh-tokoh itu antara lain Mujahid, 'Atha',
'Ikrimah, Thawus dan Sa'id bin Juber. Di bawah ini kami tuliskan
otobiografi ringkas tentang kehidupan ulama-ulama tadi.
a. Mujahid bin Jabar
Mujahid
dilahirkan pada tahun 21 Hijrah dan meninggal pada tahun 103 Hijrah.
Nama lengkapnya Mujahid bin Jabar yang bergelar Abu Hajjaj Al-Makky. Ia
seorang ulama yang terkenal dalam tafsir. Adz-Dzahaby mengatakan: "Ia
adalah guru ahli baca Al-Qur'an dan ahli tafsir yang tidak diragukan. Ia
mengambil tafsir qur'an dari Ibnu Abbas". Ia salah seorang murid Ibnu
Abbas yang paling hebat dan yang paling dipercaya untuk meriwayatkan
tafsir. Oleh karenanya, Imam Bukhari banyak berpegang pada tafsirnya,
sebagaimana halnya ahli-ahli tafsir yang lain, mereka juga banyak
berpegang atas riwayatnya. Ia sering mengadakan perjalanan kemudian
menetap di Kufah. Bila ada hal yang mengagumkan dia, maka ia pergi dan
menyelidikinya.
Mujahid
belajar Tafsir Kitabullah Al-Qur'an dari gurunya, Ibnu Abbas dengan
cara membacakannya pada Ibnu Abbas dengan penuh pemahaman, penghayatan
dan penelitian pada setiap ayat Al-Qur'an, kemudian Mujahid menanyakan
artinya dan penjelasan rahasia-rahasianya.
Imam
Al-Fudhail bin Maimun meriwayatkan dari Mujahid bahwa ia berkata: "Aku
pernah menyodorkan Al-Qur'an kepada Ibnu Abbas sebanyak tiga kali,
dimana pada setiap ayat aku berhenti sambil menanyakan: "Dalam hal apa
ayat itu diturunkan dan bagaimana ayat tersebut diturunkan?"
Pertanyaan yang diajukan Mujahid kepada gurunya itu semata-mata hanya untuk minta
penjelasan
Al-Qur'an, mengetahui rahasia-rahasianya dan memahami hikmah-hikmah
serta hukum-hukumnya. Sehubungan dengan itu Imam Nawawi berkata:
"Apabila datang kepadamu tafsir dari Mujahid maka cukuplah untukmu".
Artinya tafsir itu sudah cukup, tidak perlu lagi tafsir yang lain
apabila perawinya Imam Mujahid.
b. Atha bin Aby Rabbah
Ia
dilahirkan pada tahun 27 Hijrah dan wafat pada tahun 114 Hijrah. Ia
hidup di Makkah sebagai ahli fatwa dan ahli hadits bagi penduduknya. Ia
seorang Tabi'in yang tergolong tokoh-tokoh ahli fiqh. Ia sangat percaya
dan mantap kepada riwayat Ibnu Abbas.
Imam
besar Abu Hanifah An-Nu'man berkata: "Aku belum pernah jumpa dengan
seorang yang lebih utama daripada Imam 'Atha' bin Aby Rabbah". Qatadah
mengatakan: "Tabi'in yang paling pandai itu ada empat, yaitu: 'Atha' bin
Aby Rabbah seorang yang paling pandai tentang manasik, Sa'id bin Jubair
orang yang paling pandai tentang tafsir dan seterusnya", Ia meninggal
dunia di kota Makkah dan dikebumikan juga di kota itu dalam usia 47
tahun.
c. Ikrimah Maula Ibnu Abbas
Ia
lahir pada tahun 25 Hijrah dan wafat pada tahun 105 Hijrah. Imam
Syafi'i pernah mengatakan tentang dia: "Tidak ada seorangpun yang lebih
pintar perihal Kitabullah daripada Ikrimah", ia adalah maula (hamba)
Ibnu Abbas r.a. ia menerima ilmunya langsung dari Ibnu Abbas, begitu
juga Al-Qur'an dan Sunnah", ia mengatakan: "Aku telah menafsirkan isi
lembaran-lembaran mushhaf dan segala sesuatu yang aku bicarakan tentang
Al-Qur'an, semuanya dari Ibnu Abbas".
Tentang otobiografinya dalam kitab Al-I'lam
disebutkan sebagai berikut: "Ikrimah bin Abdullah Al-Barbary Al-Madany,
Abu Abdillah seorang hamba Abdul1ah bin Abbas, adalah Tabi'in yang
paling pandai tentang tafsir dan kisah-kisah peperangan, ia sering
merantau ke negara-negara luar. Diantara tiga ratus orang yang
meriwayatkan tafsir daripadanya tujuh puluh lebih adalah golongan
tabi'in. Ia pernah juga ke Maghrib untuk mengambil ilmu dari penduduknya
kemudian ia kembali ke Madinah Al-Munawwarah. Setelab ia kembali di
Madinah ia dicari Amirnya, tetapi ia menghilang sampai mati.
Kewafatannya
di kota Madinah bersamaan dengan kewafatan seorang penyair tenar
Kutsayyir Azzah dalam hari yang sama, sehingga dikatakan orang: "Seorang
ilmiawan dan seorang penyair meninggal dunia".
d. Thawus bin Kaisan Al-Yamany
Ia
dilahirkan pada tahun 33 Hijrah dan wafat pada tahun 106 Hijrah, ia
terkenal sebagai penafsir Al-Qur'an. Kemahirannya menunjukkan tentang
hafalan, kecerdasan, dan ketakwaannya serta jauh dari keduniawian, dan
ahli islah, ia menjumpai sekitar lima puluh orang sahabat. Banyak
orang-orang yang menerima ilmu pengetahuan daripadanya, ia seorang ahli
ibadah serta tidak terpengaruh pada dunia. Dituturkan orang ia
menunaikan ibadah haji di tanah haram sebanyak empat puluh kali. Kalau
ia berdo'a selalu dikabul, sehingga Ibnu Abbas pernah berkata: "Aku
menduga Thawus adalah ahli surga".
Dalam kitab Al-I'lam
disebutkan tentang otobiografinya sebagai berikut: "Thawus bin Kaisan
Al-Khulany Al-Hamdany Abu Abdirrahman adalah tergolong Tabi'in yang
sangat besar tentang pengetahuan agamanya, riwayat haditsnya,
kesederhanaan hidupnya dan keberaniannya memberi nasihat kepada
khalifah-khalifah dan raja-raja. Beliau
berasal dari Persia sedang tempat kelahiran dan kedewasannya adalah
Yaman. Ia wafat pada waktu menjalankan ibadah haji di Muzdalifah, yang
ketika itu seorang hhalifah Hisyam bin Abdul
Malik sedang menunaikan haji juga, lalu beliau menyembahyangkannya.
Ia
enggan mendekati Raja-raja dan Amir-amir, Ibnu Taimiyah mengatakan:
"Orang yang selalu menjauhi Sultan itu ada tiga yaitu, Abu Dzar, Thawus
dan Ats-Tsaury".1)